Skoliosis

Skoliosis


Definisi


Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping, yang dapat terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada) maupun lumbal (pinggang).

Skloliosis cukup sering terjadi, terutama pada anak perempuan. Sekitar 2-4% anak yang berusia 10-16 tahun mengalami skoliosis. Sekitar 60-80% anak perempuan yang mengalami skoliosis cenderung memberat dan membutuhkan penyangga atau operasi.

PENYEBAB

Terdapat 3 penyebab umum dari skoliosis :

  1. Kongenital (bawaan), biasanya berhubungan dengan suatu kelainan dalam pembentukan tulang belakang
  2. Neuromuskuler, akibat kelainan otot atau saraf, biasanya terjadi pada orang-orang dnegan :
    - Cerebral palsy
    - Distrofi otot
    - Polio
    - Osteoporosis juvenil
  3. Cedera atau infeksi pada tulang belakang.
  4. Idiopatik, penyebabnya tidak diketahui.

Skoliosis bisa terjadi akibat kelainan kongenital sejak lahir atau terjadi kemudian, dan seringkali terjadi saat menjelang remaja. Biasanya penyebabnya tidak diketahui.




Gejala


Gejalanya berupa:
- tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping
- bahu dan/atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya
- nyeri punggung
- kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama
- skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60o) bisa menyebabkan gangguan pernafasan.

Tulang belakang biasanya membengkok ke kanan pada punggung bagian atas dan membengkok ke kiri pada punggung bagian bawah. Akibatnya bahu kanan biasanya lebih tinggi daripada bahu kiri. Panggul yang satu lebih tinggi dari yang lain. Skoliosis juga seringkali terjadi pada anak dengan kifosis. Kombinasi ini disebut kifoskoliosis.

Sumber : http://health.bwmc.umms.org



Diagnosa


Pada pemeriksaan fisik penderita biasanya diminta untuk membungkuk ke depan sehingga pemeriksa dapat melihat abnormalitas kelengkungan tulang belakang dengan lebih jelas.

Sumber : http://www.merckmanuals.com

Jika skoliosis kemungkinan bisa memberat, maka perlu dilakukan pemeriksaan ulang yang rutin, beberapa kali setiap tahunnya (biasanya setiap 4 bulan atau 6 bulan sekali). Alat khusus bisa digunakan untuk mengukur kelengkungan tulang belakang dengan lebih akurat, misalnya dengan skoliometer (alat untuk mengukur kelengkungan tulang belakang) atau rontgen tulang belakang.

Sumber : http://www.tsrhc.org

Pemeriksaan neurologis (saraf) bisa dilakukan untuk menilai kekuatan, sensasi atau refleks. Jika ditemukan adanya kelainan saraf atau kelainan pada rontgen, maka bisa dilakukan pemeriksaan MRI.



Pengobatan


Pada kebanyakan anak yang mengalami skoliosis, kelengkungan tulang belakang tidak bertambah berat. Jika kelengkungan kurang dari 20o, biasanya masih belum perlu dilakukan terapi. Namun, kondisi ini tetap harus dipantau oleh dokter secara teratur. Skoliosis yang memberat bisa menimbulkan gejala dan perlu mendapatkan terapi. Semakin awal terapi dimulai, maka semakin baik kemungkinan mencegah terjadinya deformitas berat.

Pengobatan yang dilakukan tergantung pada penyebab, derajat dan lokasi kelengkungan serta stadium pertumbuhan tulang. Pada anak-anak yang masih tumbuh, kelengkungan biasanya bertambah sampai 25-30o, karena itu biasanya dianjurkan untuk menggunakan alat penyangga (brace) untuk membantu memperlambat progresivitas kelengkungan tulang belakang. Brace dari Milwaukee & Boston efektif dalam mengendalikan progresivitas skoliosis, tetapi harus dipasang selama 23 jam/hari sampai masa pertumbuhan anak berhenti. Namun, brace tidak efektif jika digunakan untuk skoliosis kongenital maupun neuromuskuler.

Pada kasus-kasus yang berat, dimana kelengkungan tulang belakang mencapai 40o atau lebih, tulang belakang perlu di satukan melalui pembedahan. Tujuannya adalah memastikan agar kelengkungan tulang belakang tidak bertambah parah, tetapi pembedahan biasanya tidak dapat meluruskan tulang belakang dengan sempurna. Tulang belakang dipertahankan pada tempatnya dengan bantuan logam yang dipasang hingga tulang belakang menyatu. Sesudah pembedahan dilakukan, brace bisa dipasang untuk menstabilkan tulang belakang.

Kadang diberikan perangsangan elektrospinal, dimana otot tulang belakang dirangsang dengan arus listrik rendah untuk meluruskan tulang belakang.

Skoliosis dan terapinya seringkali mengganggu citra diri dan harga diri seorang remaja. Untuk itu bisa diperlukan konseling atau psikoterapi.

PROGNOSIS

Prognosis tergantung dari penyebab, lokasi dan beratnya skoliosis. Semakin besar kelengkungan skoliosis, semakin tinggi risiko terjadinya progresivitas sesudah masa pertumbuhan anak berlalu.

Skoliosis ringan yang bisa diatasi dengan penggunaan brace memiliki prognosis yang baik dan cenderung tidak menimbulkan masalah jangka panjang selain kemungkinan timbulnya sakit punggung dengan bertambahnya usia penderita. Penderita skoliosis idiopatik yang menjalani pembedahan juga memiliki prognosis yang baik dan bisa hidup secara aktif dan sehat.

Penderita skoliosis neuromuskuler memiliki penyakit lain yang serius (misalnya cerebral palsy atau distrofi otot). Karena itu tujuan dari pembedahan biasanya adalah memungkinkan anak bisa duduk tegak pada kursi roda.

Bayi yang menderita skoliosis kongenital memiliki sejumlah kelainan bentuk yang mendasarinya, sehingga penanganannyapun tidak mudah dan perlu dilakukan beberapa kali pembedahan.



Referensi


- P, Frank; S, David D. Scoliosis. Merck Manual Home Health Handbook. 2008.

http://www.merckmanuals.com/home/childrens_health_issues/bone_disorders_in_children/

scoliosis.html?qt=scoliosis&alt=sh

- J, Kimball. Scoliosis. WebMD. 2012. http://www.webmd.com/osteoarthritis/

guide/arthritis-scoliosis

 

Skoliosis Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Hari Media Sosial

0 comments:

Post a Comment