Definisi
Kanker Indung Telur (Kanker Ovarium) adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur).
Kanker ovarium paling sering ditemukan pada wanita yang berusia 50-70 tahun dan terjadi pada 1 dari 70 wanita. Di Amerika, kanker ovarium merupakan kanker gynekologi kedua yang paling sering terjadi. Namun, kanker ovarium lebih banyak mengakibatkan kematian dibanding kanker gynekologi lainnya.
Penyebab terjadinya kanker ovarium belum diketahui.
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya kanker ovarium :
- Usia tua
- Tidak memiliki anak
- Memiliki anak pertama pada usia lebih tua
- Mulai menstruasi lebih cepat
- Menopause lebih lambat
- Memilki anggota keluarga yang terkena kanker rahum, kanker payudara, atau kanker usus besar
Risiko terjadinya kanker ovarium lebih tinggi pada negara-negara maju karena pola makan yang cenderung tinggi lemak.
Efek perlindungan terhadap kanker ovarium ditemukan pada wanita yang memiliki banyak anak, wanita yang kehamilan pertamanya terjadi di usia dini dan wanita yang memakai pil KB.
Sekitar 5-10% kasus kanker ovarium berhubungan dengan faktor genetik, yaitu gen BRCA, yang juga berperan dalam terjadinya sebagian kanker payudara. Pada kasus ini, risiko untuk terjadinya kanker ovarium dan kanker payudara cenderung untuk diturunkan dalam keluarga.
Kebanyakan kanker ovarium berasal dari sel-sel yang menghasilkan sel telur (tumor sel germinal) atau jaringan ikat (tumor sel stromal). Tumor sel germinal lebih sering terjadi pada wanita yang berusia kurang dari 30 tahun. Terkadang kanker dari bagian tubuh lain juga dapat menyebar ke ovarium.
Kanker ovarium dapat menyebar langsung ke jaringan sekitarnya, atau menyebar melalui sistem pembuluh getah bening ke bagian lain tubuh di panggul dan perut. Kanker ovarium juga dapat menyebar jauh melalui aliran darah, seperti ke hati dan paru-paru.
Gejala
Kanker ovarium menyebabkan ovarium yang terkena menjadi membesar. Pada wanita muda, pembesaran ovarium lebih mungkin disebabkan oleh adanya kista. Tetapi setelah menopause, pembesaran ovarium dapat merupakan tanda dari kanker ovarium.
Banyak wanita yang tidak memiliki gejala sampai kanker mencapai stadium lanjut. Gejala awal yang dirasakan dapat berupa rasa tidak enak yang samar-samar pada perut bagian bawah. Gejala lain dapat berupa kembung, hilang nafsu makan, dan nyeri punggung (karena penekanan oleh tumor). Kanker ovarium jarang menimbulkan perdarahan per vagina.
Pada akhirnya, perut dapat membesar karena pembesaran ovarium atau akumulasi cairan pada rongga perut. Pada tahap ini sering terjadi rasa nyeri pada panggul, anemia, dan penurunan berat badan. Pada kasus yang jarang, tumor sel stromal atau sel germinal menghasilkan hormon estrogen, yang menyebabkan jaringan pada permukaan rahim tumbuh berlebihan dan juga pembesaran pada payudara. Tumor-tumor ini juga dapat menghasilkan hormon pria (androgen) yang mengakibatkan rambut tubuh tumbuh berlebihan, atau hormon-hormon yang mirip dengan hormon tiroid, yang dapat menyebabkan hipertiroidisme.
Diagnosa
Diagnosis pada stadium dini sulit ditegakkan karena kanker baru menimbulkan gejala setelah berukuran cukup besar atau telah menyebar. Pada pemeriksaan fisik, lingkar perut bertambah atau ditemukan asites (penimbunan ciaran di dalam rongga abdomen).
Jika saat pemeriksaan fisik terdeteksi adanya pembesaran ovarium, maka pertama-tama biasanya akan dilakukan ultrasonografi. Terkadang pemeriksaan CT scan atau MRI digunakan untuk membantu membedakan kista ovarium dari keganasan. Jika diduga kanker telah mencapai stadium lanjut, maka biasanya CT scan atua MRI dilakukan untuk menentukan seberapa jauh penyebaran kanker.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan:
- Pemeriksan darah lengkap
- Pemeriksaan kimia darah
- CA 125
- Biopsi dengan laparotomi atau laparoskopi
- Analisa air kemih
- Pemeriksaan saluran pencernaan
Pengobatan
Tindakan penanganan tergantung dari jenis kanker ovarium dan stadiumnya. Pada sebagian besar kanker ovarium dilakukan pengangkatan ovarium, tuba falopi, dan rahim. Jika kanker telah menyebar keluar dari ovarium, maka kelenjar getah bening dan struktur disekitarnya juga ikut diangkat.
Jika kanker belum menyebar ke luar ovarium, dapat hanya dilakukan pengangkatan ovarium yang terkena dan tuba falopiinya (saluran indung telur). Untuk kanker pada stadium lebih lanjut yang telah menyebar ke bagian lain tubuh, upaya pengangkatan jaringan kanker sebanyak mungkin yang dapat dilakukan bisa memperpanjang harapan hidup.
Setelah pembedahan, sebagian besar penderita karsinoma epitelial stadium I biasanya tidak mendapatkan terapi lebih lanjut. Tetapi untuk kanker stadium I lainnya atau kanker dengan stadium lebih lanjut dapat diberikan kemoterapi untuk menghancurkan jaringan kanker yang tersisa. Kemoterapi biasanya terdiri dari paclitaxel dikombinasi dengan carboplatin, diberikan sebanyak 6 kali.
Kebanyakan wanita dengan tumor sel germinal dapat diatasi dengan mengangkat ovarium yang terkena dan juga tuba falopi ditambah dengan kemoterapi, biasanya degnan bleomycin, cisplatin, dan etoposide. Terapi radiasi jarang digunakan.
Kanker ovarium stadium lanjut biasanya dapat muncul kembali. Oleh karena itu, setelah kemoterapi perlu dilakukan pemeriksaan kadar penanda kanker (CA 125). Jika kanker muncul kembali, maka dilakukan kemoterapi, misalnya dengan carboplatin, doxorubicin, etoposide, gemcitabine, atau paclitaxel.
Faktor yang dapat mengurangi risiko terjadinya kanker indung telur:
- Pemakaian kontrasepsi oral (pil KB). Penggunaan obat kontrasepsi oral dapat menurunkan risiko terjadinya kanker ovarium. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral selama 5 tahun mengurangi risiko terjadinya kanker ovarium sampai 50%. Tetapi pemakaian pil kontrasepsi ini juga dapat berhubungan dengan sedikit peningkatan risiko kanker payudara dan risiko kesehatan lainnya. Untuk itu sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter.
- Kehamilan dan menyusui. Memiliki anak, paling tidak satu, dan menyusui dapat menurunkan risiko terjadinya kanker ovarium.
Perempuan yang berisiko tinggi untuk mengalami kanker ovarium dapat dilakukan pengangkatan indung telur sebagai cara pencegahan. Operasi ini, dikenal sebagai profilaksis ooforektomi, dianjurkan terutama bagi perempuan yang positif memiliki mutasi gen BRCA atau wanita yang mempunyai riwayat keluarga dengan kanker payudara dan atau kanker ovarium meskipun jika mutasi genetik tidak teridentifikasi.
Studi menunjukkan bahwa ooforektomi profilaksis menurunkan risiko kanker ovarium hingga 95 persen jika ovarium diangkat sebelum menopause. Profilaksis ooforektomi mengurangi, tetapi tidak sepenuhnya menghilangkan risiko kanker ovarium. Karena kanker ovarium biasanya berkembang pada lapisan tipis rongga perut yang meliputi ovarium, wanita yang diangkat indung telurnya masih bisa terjadi kanker tetapi lebih jarang, yang disebut kanker peritoneal primer.
Profilaksis ooforektomi dapat menginduksi terjadinya menopause dini, yang mungkin memiliki dampak negatif pada kesehatan Anda, termasuk peningkatan risiko osteoporosis, penyakit jantung dan kondisi lain. Untuk itu pertimbangkan lebih dulu dengan dokter Anda.
Referensi
- G, David M. R, Pedro T. Ovarian Cancer. Merck Manual Home Health Handbook. 2008.
http://www.merckmanuals.com/home/womens_health_issues/cancers_of_the_female_
reproductive_system/ovarian_cancer.html
- Mayo Clinic. Ovarian Cancer. 2012.http://www.mayoclinic.com/health/ovarian-cancer/
- S, Melissa C. Ovarian Cancer. 2009.http://www.medicinenet.com/ovarian_cancer/
page4.htm#how_is_ovarian_cancer_diagnosed
- WebMD. Ovarian Cancer. 2011.http://www.webmd.com/ovarian-cancer/guide/ovarian
0 comments:
Post a Comment