Buang Air Besar Tiba-Tiba (Encopresis) Pada Anak

Buang Air Besar Tiba-Tiba (Encopresis) Pada Anak


Definisi


Jika seorang anak yang telah belajar menggunakan toilet (biasanya berusia lebih dari 4 tahun) menjadi sering buang air besar di celana tanpa disengaja, dan keadaan ini tidak disebabkan oleh penyakit atau kelainan fisik, maka ia mengalami keadaan yang disebut enkopresis.

PENYEBAB

Sekitar 3-4% anak yang berusia 4 tahun mengalami enkopresis dan angka kejadiannya semakin berkurang dengan bertambahnya usia. Enkopresis paling sering terjadi saat anak masih belajar untuk menggunakan toilet atau saat anak mulai sekolah.

Penyebab enkopresis yang paling sering adalah :

- Konstipasi (sembelit). Sebagian besar enkopresis terjadi akibat adanya konstipasi kronis. Pada konstipasi, tinja anak menjadi keras, kering, dan mungkin terasa sakit saat buang air besar. Akibatnya, anak menolak untuk buang air besar ke toilet. Semakin lama tinja berada di usus anak, maka semakin sulit tinja dikeluarkan. Usus akan meregang dan mempengaruhi saraf yang memberikan sinyal untuk buang air besar. Ketika usus menjadi terlalu penuh, maka tinja yang lunak atau cair bisa merembes keluar.

Penyebab konstipasi yang sering antara lain :

  • Terlalu sedikit mengkonsumsi makanan berserat
  • Tidak minum cukup cairan
  • Mengkonsumsi terlalu banyak produk susu. Terkadang, anak yang memiliki intoleransi susu sapi bisa mengalami konstipasi, meskipun intoleransi susu lebih sering menyebabkan diare ketimbang konstipasi.

Selain itu, konstipasi kronis bisa terjadi akibat :
- Kebiasaan menahan buang air besar karena takut menggunakan jamban
- Tidak mau belajar menggunakan jamban
- Fissura anus (robekan pada lapisan anus yang menimbulkan nyeri)
- Kelainan bawaan (misalnya kelainan korda spinalis atau kelainan anus)
- Penyakit Hirschsprung
- Kadar tiroid yang rendah
- Gizi yang buruk
- Cerebral palsy
- Kelainan psikis pada anak atau keluarganya.

- Stress emosional. Stress emosional juga dapat memicu terjadinya enkopresis. Anak bisa mengalami stress karena belajar menggunakan toilet terlalu dini atau mengalami perubahan penting dalam hidup, misalnya perceraian orang tua atau kelahiran adik.

Penyebab lain yang mungkin berhubungan dengan terjadinya enkopresis adalah kurangnya toilet training dan adanya gangguan emosi (misalnya gangguan kepribadian menentang) atau gangguan tingkah laku.

Apapun penyebabnya, anak bisa mengalami rasa malu, bersalah, atau bahkan menjadi tidak percaya diri. Anak mungkin mencoba untuk menyembunyikan permasalahan yang dialami.

Ada beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko terjadinya enkopresis, yaitu :

  • Jenis kelamin laki-laki
  • Mengalami konstipasi kronis
  • Status sosio-ekonomi rendah



Gejala


Tanda dan gejala enkopresis bisa berupa :

  • Anak tidak mampu menahan buang air besar. Sebagian anak dengan enkopresis mengatakan bahwa mereka tidak merasakan adanya dorongan untuk buang air besar, sebelum akhirnya mereka buang air besar di celana.
  • Anak buang air besar tidak pada tempatnya (paling sering di celana) dan pada situasi yang tidak tepat, misalnya di dalam ruang kelas. Terdapat tinja atau tinja cair pada celana dalam anak.
  • Enkopresis biasanya terjadi saat siang hari, saat anak bangun dan aktif. Enkopresis jarang terjadi pada malam hari.
  • Anak dengan enkopresis biasanya tampak tidak sadar atau tidak peduli dengan adanya tinja pada celananya atau adanya bau yang ditimbulkan olehnya.
  • Tidak ada gangguan medis organik yang mendasari terjadinya enkopresis.
  • Anak mengalami konstipasi dengan tinja yang keras dan kering.
  • Jeda waktu antar buang air besar bisa lama, mungkin bisa sampai satu minggu.
  • Beberapa anak dengan enkopresis bisa berhasil buang air besar setiap hari tetapi tidak tuntas.
  • Adakalanya tinja yang keluar sangat besar hingga hampir menyumbat toilet.
  • Anak menghindar untuk buang air besar.
  • Hilangnya nafsu makan.
  • Nyeri pada perut.
  • Mengalami infeksi saluran kemih berulang.


Diagnosa


Untuk mendiagnosa enkopresis, perlu diketahui gejala-gejala yang ada, riwayat medis anak, bagaimana saat anak belajar menggunakan toilet (toilet training), pola makan anak, gaya hidup, kebiasaan, perilaku anak, dan apakah terdapat obat-obat yang digunakan oleh anak. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat kesehatan anak secara keseluruhan, termasuk keadaan usus besar, rektum, dan anus. Bisa dilakukan pemeriksaan colok dubur oleh dokter dengan menggunakan sarung tangan untuk merasakan adanya tinja dan memastikan bahwa anus dan rektum normal. Pemeriksaan foto sinar-x dianjurkan untuk memastikan adanya tinja yang mengalami impaksi. Bisa dilakukan evaluasi psikologis untuk membantu menentukan penyebab timbulnya gejala-gejala pada anak.



Pengobatan


Jika penyebab terjadinya enkopresis adalah konstipasi, maka perlu dilakukan pengobatan untuk mengatasi keadaan tersebut. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membuat tinja bisa keluar, antara lain :

  • minum air lebih banyak
  • menggunakan pelunak tinja, misalnya laktulosa
  • enema
  • menggunakan obat pencahar yang dimasukkan melalui anus

Setelah tinja berhasil dikeluarkan (terkadang dipastikan dengan foto sinar-x perut), anak kemudian memulai terapi agar bisa buang air besar secara teratur, misalnya dengan melatih anak untuk pergi ke toilet sesegera mungkin saat merasa ada dorongan untuk buang air besar. Anak dapat dibiasakan untuk duduk di toilet selama 5-10 menit setelah makan, meskipun mereka tidak merasa ingin buang air besar. Gunakan cara-cara yang positif untuk mendorong anak agar mau melakukannya, misalnya dengan memberikan pujian atau hadiah pada anak jika anak mau mencoba untuk pergi ke toilet, meskipun belum berhasil untuk buang air besar. Anak juga dianjurkan untuk mendapatkan asupan makanan yang tinggi serat.

Setelah anak bisa buang air besar secara teratur, maka tinja yang keluar tanpa disadari (enkopresis) biasanya akan berhenti. Namun, penting untuk menjaga agar tinja bisa tetap lunak selama beberapa bulan kemudian, sehingga dinding usus yang tadinya teregang bisa kembali normal dan anak bisa merasakan kembali adanya sensasi yang muncul jika rektum penuh. Obat pelunak tinja dapat digunakan selama setidaknya 6 bulan atau lebih. Selain itu, terkadang bisa diberikan obat pencahar untuk merangsang buang air besar sebelum anak bisa merasakan sensasi hendak buang air besar.

Setelah tahap ini dilewati, maka pemberian obat pencahar perlahan-lahan dikurangi dan kemudian dihentikan. Waktu untuk duduk di toilet secara teratur juga mulai dikurangi. Pada saat ini, bisa terjadi enkopresis kembali, untuk itu anak tetap harus diawasi.

Jika cara-cara ini tidak berhasil untuk mengatasi enkopresis, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, misalnya foto sinar-x perut, dan, pada kasus yang jarang, dilakukan biopsi. Jika ditemukan ada penyebab fisik terjadinya konstipasi, maka keadaan tersebut perlu diatasi.

Pada sebagian kasus yang berat, perlu dilakukan konsultasi psikologis untuk anak-anak yang mengalami enkopresis akibat gangguan emosional atau tingkah laku.

PENCEGAHAN

Ajari anak untuk menggunakan toilet dengan baik (toilet training). Jangan melakukan toilet training terlalu dini atau terlalu memaksa anak untuk melakukannya. Tunggulah sampai anak siap. Sebagian besar anak belum siap untuk melakukan toilet training sampai setelah ulang tahun yang kedua.

Bantu anak agar tidak mengalami konstipasi, yaitu dengan memberikan asupan makanan yang tinggi serat dan mendorong anak untuk mau minum air yang cukup.



Referensi


- C, Louise. Encopresis. Web MD. 2012.

http://www.webmd.com/digestive-disorders/encopresis

- F, Teodoro E. Stool Incontinence in Children (Encopresis). Merck Manual. 2012.

http://www.merckmanuals.com/home/childrens_health_issues/incontinence_in_children/

stool_incontinence_in_children.html

- K, Neil K. Encopresis. Medline Plus. 2012.

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001570.htm

- M, John. Elimination Disorders in Children. Medicine Net. 2013. 

http://www.medicinenet.com/encopresis/article.htm

- Mayo Clinic. Encopresis. 2011.

http://www.mayoclinic.com/health/encopresis/DS00885

Buang Air Besar Tiba-Tiba (Encopresis) Pada Anak Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Hari Media Sosial

0 comments:

Post a Comment