Definisi
Skizofrenia adalah gangguan mental yang ditandai oleh hilangnya kontak dengan kenyataan (psikosis), mengalami halusinasi (biasanya mendengar suara-suara), memegang teguh keyakinan yang salah (delusi), adanya pemikiran yang abnormal, memiliki rentang emosi yang sempit (afek datar), kurangnya motivasi, dan adanya gangguan dalam bekerja dan melakukan aktivitas sosial.
Skizofrenia adalah masalah kesehatan umum di seluruh dunia. Angka kejadian skizofrenia di seluruh dunia kurang dari 1 persen, namun angka ini bisa lebih tinggi atau lebih rendah dari yang diketahui.
PENYEBABPenyebab pasti skizofrenia belum diketahui, tetapi penelitian terakhir mengarah pada adanya kombinasi faktor herediter (keturunan) dan faktor lingkungan. Secara mendasar, penderita skizofrenia mengalami gangguan biologis, dimana terdapat perubahan pada otak. Menurut para ahli, ada ketidakseimbangan pada zat-zat kimia otak yang melibatkan neurotransmitter dopamin dan glutamat, dan mungkin juga neurotransmitter lainnya, yang berperan dalam terjadinya skizofrenia. Selain itu, pemeriksaan neuroimaging menunjukkan adanya perbedaan struktur otak dan sistem saraf pusat pada penderita skizofrenia. Orang-orang yang memiliki orang tua atau saudara kandung dengan skizofrenia berisiko untuk terkena gangguan yang sama sekitar 10%, dibandingkan orang lain yang umumnya hanya berisiko sekitar 1%.
Penyebab lain terjadinya skizofrenia bisa berupa gangguan yang terjadi sebelum, saat, atau setelah kelahiran, misalnya influenza pada ibu saat kehamilan trimester kedua, kekuranga oksigen saat lahir, berat badan lahir rendah, dan ketidakcocokan golongan darah bayi dengan ibunya. Para ahli menemukan adanya sedikit perubahan pada distrubusi atau karakteristik sel-sel otak penderita skizofrenia sehingga menyebabkan hubungan yang abnormal. Gangguan ini tampaknya terjadi sejak awal sebelum dilahirkan dan tidak menimbulkan gangguan hingga penderita mencapai pubertas. Otak mengalami perubahan yang besar saat pubertas, dan perubahan ini bisa memicu terjadinya gejala-gejala psikotik.
Gejala-gejala skizofrenia juga bisa dipicu atau diperberat oleh stress dari lingkungan, misalnya peristiwa-peristiwa kehidupan yang berat. Selain itu, pemakaian obat-obat terlarang, seperti marijuana, juga bisa memicu atau memperberat gejala.
Gejala
Onset terjadinya skizofrenia bisa tiba-tiba, dalam waktu beberapa hari atau minggu, atau perlahan dan tidak jelas dalam waktu bertahun-tahun. Meskipun keparahan dan jenis gejala yang terjadi pada penderita skizofrenia bervariasi, tapi gejala-gejala ini biasanya cukup berat sehingga mengganggu kemampuan penderita untuk bekerja, merawat diri, dan berinteraksi dengan masyarakat. Pada sebagian penderita, terjadi penurunan fungsi mental yang menyebabkan gangguan dalam berkonsentrasi, berpikir abstrak, dan menyelesaikan masalah.
Secara keseluruhan, gejala-gejala skizofrenia bisa dibedakan menjadi empat kategori besar, yaitu gejala-gejala positif, gejala-gejala negatif, disorganisasi, dan gangguan kognitif. Penderita bisa memiliki gejala-gejala dari satu, dua, atau semua kategori.
Gejala-gejala positif meliputi fungsi normal yang berlebihan atau terganggu, yaitu berupa :
- Delusi atau waham, yaitu adanya keyakinan-keyakinan yang salah, yang biasanya akibat salah menafsirkan persepsi atau pengalaman hidup. Orang-orang dengan skizofrenia bisa mengalami waham kejar, dimana mereka percaya bahwa mereka diikuti, dimata-matai, ditipu, atau disiksa. Penderita juga bisa memiliki waham lainnya, misalnya penderita percaya bahwa orang lain bisa membaca pikirannya, bahwa pikirannya tersiar ke orang lain, atau pikirannya dipengaruhi oleh kekuatan dari luar.
- Halusinasi, bisa berupa halusinasi suara (yang paling sering terjadi), halusinasi penglihatan, halusinasi penciuman, atau halusinasi perasaan. Penderita bisa mendengar suara-suara di kepalanya yang saling berbicara satu sama lain, suara yang mengkomentari perilaku mereka, atau mengatakan kata-kata yang kasar.
- Gangguan pikiran. Kesulitan dalam berbicara dan berpikir bisa menyebabkan penderita tiba-tiba berhenti berbicara di tengah-tengah kalimat atau mengucapkan gado-gado kata, yaitu kata-kta yang tidak memiliki arti.
Gejala-gejala negatif, meliputi penurunan atau hilangnya fungsi normal, yaitu berupa :
- Afek datar. Wajah penderita bisa terlihat tak berekspresi. Kontak mata dengan orang lain sedikit atau tidak ada. Ekspresi emosi berkurang. Kejadian-kejadian yang harusnya membuat mereka tertawa atau menangis tidak menimbulkan respon apa-apa pada penderita.
- Miskin bicara (poverty of speech), yaitu berkurangnya jumlah perkataan. Jawaban yang diberikan untuk pertanyaan bisa pendek, mungkin hanya satu atau dua kata, menggambarkan adanya suatu kekosongan.
- Anhedonia, mengarah pada kurangnya kemampuan untuk mengalami kesenangan. Penderita hanya memiliki sedikit ketertarikan pada aktivitas-aktivitas yang biasa dikerjakan dan menghabiskan lebih banyak waktu untuk sesuatu yang tidak bertujuan.
- Asosial. Penderita menjadi kurang tertarik untuk berhubungan dengan orang lain.
Disorganisasi meliputi adanya perilaku aneh dan gangguan pikiran.
- Gangguan pikiran, yang terlihat saat penderita berbicara. Pembicaraan melantur atau berganti-ganti dari satu topik ke topik lainnya.
- Perilaku yang aneh (bizarre), dimana penderita bisa seperti anak kecil, berperilaku atau berpenampilan yang tidak sesuai. Katatonia merupakan bentuk ekstrim dari gangguan perilaku ini, dimana penderita mempertahanan postur kaku dan menolak upaya untuk digerakkan.
Gangguan kognitif mengarah pada adanya kesulitan yang dialami penderita untuk berkonsentrasi, mengingat, merencanakan, mengatur, dan memecahkan masalah. Sebagian penderita tidak mampu berkonsentrasi saat membaca, menonton televisi, atau mengikuti petunjuk tertentu. Penderita lainnya tidak mampu untuk fokus dalam melakukan tugasnya. Akibatnya penderita tidak dapat melakukan pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dan juga tidak dapat membuat keputusan.
Ada beberapa jenis skizofrenia berdasarkan sejumlah gangguan yang mendasarinya. Seorang penderita bisa mengalami perubahan dari satu jenis gangguan ke jenis lainnya dari waktu ke waktu.
- Paranoid. Penderita memiliki preokupasi pada waham atau halusinasi pendengaran, tetapi fungsi intelektual relatif normal. Gangguan bicara dan ketidaksesuaian emosi kurang jelas terlihat.
- Katatonik. Gejala-gejala yang muncul terutama pada fisik, berupa aktivitas motorik yang berlebihan, tidak bergerak, atau postur yang aneh.
- Residual. Penderita memiliki riwayat gejala-gejala skizofrenia yang jelas, tetapi saat ini tidak ada gejala-gejala positif yang muncul (seperti waham, halusinasi, gangguan bicara atau perilaku). Penderita masih mengalami gejala-gejala negatif yang ringan untuk waktu lama.
- Undifferentiated. Penderita mengalami campuran gejala dari berbagai jenis gangguan yang ada.
- Hebefrenik atau disorganized, ditandai dengan adanya kekacauan dalam bicara dan perilaku sehingga sulit untuk dimengerti, tidak sesuai, atau dengan emosi yang berlebihan. Penderita bisa tertawa saat lampu lalu lintas berubah warna. Perilaku yang kacau ini bisa mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti mandi, berpakaian, atau menyiapkan makanan.
Diagnosa
Tidak ada pemeriksaan pasti untuk mendiagnosa skizofrenia. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan menyeluruh pada riwayat dan gejala-gejala penderita. Skizofrenia didiagnosa jika gejala-gejala menetap minimal selama 6 bulan dan menyebabkan gangguan yang berat dalam bekerja, belajar, dan bersosialisasi. Keterangan dari anggota keluarga, teman, atau guru seringkali penting dalam membuat diagnosa.
Pemeriksaan laboratorium seringkali diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan gangguan yang lain, seperti pemakaian zat-zat terlarang, gangguan saraf, gangguan hormonal, atau gangguan medis lainnya, seperti epilepsi lobus temporal, tumor otak, gangguan tiroid, penyakit autoimun, dan efek samping obat-obat tertentu.
Orang-orang dengan skizofrenia memiliki kelainan otak yang bisa terlihat dengan pemeriksaan CT scan atau MRI. Namun, kelainan ini tidak cukup spesifik untuk membantu mendiagnosa skizofrenia.
Sumber : http://www.schizophrenia.com
Pengobatan
Skizofrenia merupakan kondisi kronis yang membutuhkan terapi seumur hidup, bahkan saat gejala-gejala telah mereda. Terapi dengan pemberian obat-obatan dan terapi psikososial bisa membantu mengatasi kondisi yang ada.
Secara umum, tujuan pengobatan skizofrenia adalah mengurangi keparahan dan lama terjadinya gejala, mencegah kekambuhan, mencegah kemunduran fungsi, dan memberikan dukungan untuk mencapai hidup yang paling baik.
Saat terjadi gejala-gejala yang berat, penderita perlu dirawat di rumah sakit untuk memastikan keamanan, asupan gizi yang cukup, tidur yang cukup, dan kebersihan tubuh.
Obat-obatan
Obat-obatan merupakan dasar terapi skizofrenia, tetapi karena dapat menyebabkan efek yang serius, meskipun jarang, maka penderita bisa merasa enggan untuk mengkonsumsinya.
Obat anti-psikotik paling banyak diberikan untuk mengobati skizofrenia. Obat-obat ini mengendalikan gejala dengan mempengaruhi neurotransmitter dopamin dan serotonin pada otak. Kemauan penderita untuk diobati mempengaruhi pilihan obat yang diberikan. Sebagikan penderita mungkin perlu diberikan obat suntik dibandingkan obat minum.
Obat-obat anti-psikotik atipikal
Obat-obat baru ini umumnya lebih dipilih karena memiliki risiko yang lebih rendah untuk terjadinya efek samping dibandingkan obat-obat yang lama, antara lain clozapine, olanzapine dan risperidone. Efek samping yang bisa terjadi adalah peningkatan berat badan, diabetes, dan kolesterol tinggi.
Obat anti-psikotik konvensional (tipikal)
Obat-obat ini memiliki efek samping neurologis yang lebih sering dan lebih hebat, antara lain diskinesia tardive (gangguan pergerakan) yang kemudian bisa menghilang atau bisa juga tidak. Beberapa obat golongan ini adalah chlorpromazine, haloperidol, fluphenazine dan perphenazine.
Perbaikan gejala mulai terlihat setelah beberapa minggu pengobatan. Secara umum, tujuan pengobatan dengan obat-obat anti-psikotik adalah untuk mengendalikan tanda dan gejala secara efektif dengan dosis obat yang paling kecil. Obat yang diberikan bisa dikombinasi untuk mencapai hasil yang diharapkan. Obat lain yang juga bisa membantu adalah obat anti-depresan atau obat anti-cemas.
Terapi Psikososial
Terapi psikososial juga penting untuk dilakukan setelah gejala-gejala psikosis mereda, yaitu berupa :
- Latihan kemampuan bersosial. Terapi ini berfokus pada perbaikan interaksi sosial dan komunikasi
- Terapi keluarga. Terapi ini memberikan dukungan dan edukasi pada keluarga sehingga bisa menerima anggota keluarganya yang mengalami skizofrenia.
- Rehabilitasi untuk membantu penderita skizofrenia bisa mendapatkan pekerjaan dan bekerja dengan baik.
- Terapi individu. Terapi ini membantu penderita untuk belajar mengatasi stress dan mengidentifikasi tanda-tanda peringatan terjadinya kekambuhan, sehingga bisa membantu penderita mengendalikan penyakitnya.
Tidak ada cara yang pasti untuk mencegah terjadinya skizofrenia. Namun, terapi yang diberikan sejak dini bisa membantu mengendalikan gejala sebelum terjadi komplikasi serius dan bisa membantu memperbaiki hasil jangka panjang.
Kepatuhan pada rencana terapi bisa membantu mencegah kambuhnya atau memberatnya gejala-gejala skizofrenia. Untuk orang-orang yang berisiko tinggi mengalami skizofrenia, maka perlu melakukan tindakan proaktif, seperti menghindari pemakaian obat-obat terlarang, mengurangi stress, cukup tidur, dan segera mendapatkan obat anti-psikotik jika diperlukan untuk mengurangi atau mencegah perburukan gejala.
Referensi
- B, Juan R. Schizophrenia. Merck Manual Home Health Handbook. 2008.
http://www.merckmanuals.com/home/mental_health_disorders/schizophrenia_and_delusional_
disorder/schizophrenia.html?qt=schizophrenia&alt=sh
- Mayo Clinic. Schizophrenia. 2012. http://www.mayoclinic.com/health/schizophrenia/DS00196
- E, Roxanne Dryden. Schizophrenia. Medicine Net. 2011.
http://www.medicinenet.com/schizophrenia/article.htm
- G, Joseph. Schizophrenia. Web MD. 2012.
0 comments:
Post a Comment