Definisi
Selama kehamilan, sebuah masalah bisa terjadi atau sebuah kondisi bisa terbentuk dan membuat kehamilan menjadi berisiko tinggi. Misalnya, wanita hamil bisa terkena sesuatu yang bisa menghasilkan kelainan pada janin (teratogen), seperti radiasi, zat kimia tertentu, obat-obatan, atau infeksi.
Obat-obatan
Ada beberapa obat yang jika digunakan saat kehamilan dapat menyebabkan gangguan, antara lain : alkohol, isotretinoin (digunakan untuk mengobati jerawat akut), beberapa obat anti-kejang, lithium, beberapa antibiotik (seperti streptomisin, kanamisin, dan tetrasiklin), thalidomide, warfarin, dan penghambat ACE (Angiotensin Converting Enzyme). Pemakaian obat-obat yang menghambat kerja asam folat (misalnya methotrexate atau trimetoprim) juga dapat meningkatkan risiko terjadinya cacat bawaan pada bayi. Pemakaian kokain bisa menyebabkan cacat bawaan pada bayi, pelepasan plasenta sebelum waktunya (abrupsio plasenta), dan kelahiran prematur. Wanita hamil yang merokok dapat membuat bayi yang dikandungnya berisiko untuk lahir dengan berat badan rendah. Untuk itu, penting sekali mencegah pemakaian obat-obat tersebut saat masa kehamilan.
Gangguan Yang Terjadi Selama Kehamilan
Saat kehamilan, wanita bisa mengalami berbagai gangguan yang tidak berhubungan langsung dengan kehamilan, misalnya :
- Demam : sebuah gangguan yang menyebabkan suhu tubuh meningkat lebih dari 39.5ÂșC saat trimester pertama kehamilan dapat meningkatkan risiko terjadinya keguguran dan kerusakan otak atau medula spinalis bayi. Sedangkan demam yang terjadi pada akhir kehamilan dapat berisiko untuk terjadinya persalinan sebelum waktunya.
- Infeksi : beberapa infeksi yang terjadi saat kehamilan dapat menyebabkan cacat bawaan pada janin yang dikandungnya, misalnya infeksi rubella (Campak Jerman) dapat menyebabkan kelainan pada jantung dan bagian dalam mata, infeksi cytomegalovirus dapat menyebabkan kerusakan hati dan otak janin, serta infeksi virus lainnya dapat membahayakan janin atau menyebabkan kelainan tertentu, termasuk infeksi virus herpes simpleks dan cacar air (varicella). Infeksi toksoplasma bisa menyebabkan keguguran, kematian janin, dan cacat bawaan yang berat. Infeksi bakteri tertentu, seperti listeriosis, juga bisa membahayakan janin. Infeksi bakteri pada vagina (misalnya bakteri vaginosis) saat kehamilan bisa menyebabkan terjadinya persalinan prematur atau ketuban pecah dini. Pengobatan infeksi dengan antibiotik bisa mengurangi kemungkinan terjadinya gangguan-gangguan ini.
- Gangguan yang membutuhkan operasi : Saat kehamilan dapat terjadi berbagai gangguan yang membutuhkan dilakukannya operasi darurat pada perut, misalnya radang usus buntu dan kista indung telur. Operasi ini dapat meningkatkan risiko terjadinya keguguran dan persalinan sebelum waktunya. Operasi biasanya sedapat mungkin ditunda, kecuali jika dapat mengganggu kesehatan si ibu.
Jika saat kehamilan terjadi radang usus buntu (appendicitis), maka operasi untuk mengangkat usus buntu (appendictomy) harus segera dilakukan karena dapat beraikbat fatal jika usus buntu tersebut pecah. Operasi appendictomy saat kehamilan biasanya tidak membahayakan janin, tetapi gejala usus buntu dapat sulit dikenali saat kehamilan. Rasa nyeri atau kram karena usus buntu dapat menyerupai kontraksi rahim, yang biasa terjadi saat kehamilan.
Jika terjadi kista indung telur saat kehamilan, maka operasi biasanya ditunda, karena kista tertentu seringkali dapat hilang tanpa pengobatan. Namun, jika kista atau massa lainnya membesar dan menyebabkan gangguan, atau kemungkinan bersifat kanker, maka operasi kemungkinan dapat dilakukan.
- Penyakit tromboembolik : Di Amerika Serikat, penyakit tromboembolik merupakan penyebab utama kematian pada wanita hamil. Pada penyakit tromboembolik, terbentuk bekuan darah di dalam pembuluh darah yang mengalir dan dapat menyumbat arteri. Risiko terjadinya tromboembolik meningkat hingga 6-8 minggu setelah melahirkan. Risiko lebih besar setelah persalinan dengan operasi caesar dibandingkan setelah persalinan normal.
Bekuan darah biasanya terbentuk di pembuluh darah kaki. Gejala-gejala gangguan pada pembuluh darah di kaki dapat berupa adanya pembengkakan dan rasa nyeri. Bekuan darah dapat berpindah dari kaki ke bagian lain tubuh, misalnya ke paru-paru dan bahkan ke otak. Bekuan darah pada paru-paru dapat menyumbat pembuluh darah arteri di paru-paru (disebut emboli paru). Keadaan ini dapat mengancam nyawa. Demikian juga jika bekuan darah ini menyumbat pembuluh darah otak dan menghasilkan stroke.
Wanita yang mengalami gangguan pembekuan darah pada kehamilan sebelumnya dapat diberikan heparin (obat antikoagulan) selama kehamilan berikutnya untuk mencegah pembentukan bekuan darah. Jika wanita memiliki gejala yang diduga merupakan gangguan pembekuan darah, maka dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi Doppler untuk melihat adanya bekuan darah. Jika diketahui ada bekuan darah, maka heparin dapat langsung mulai diberikan. Heparin tidak melalui plasenta dan tidak membahayakan janin. Pengobatan dilanjutkan hingga 6-8 minggu setelah melahirkan karena adanya peningkatan risiko terjadinya bekuan darah setelah melahirkan. Setelah melahirkan, heparin dapat diganti dengan warfarin, karena warfarin dapat digunakan secara per oral dan memiliki risiko komplikasi yang rendah dibandingkan heparin. Selain itu, warfarin juga bisa digunakan oleh wanita menyusui.
Jika diduga terjadi emboli paru-paru, maka dapat dilakukan perfusion scan untuk memastikan diagnosa. Prosedur ini dilakukan dengan menyuntikkan sedikit bahan radioaktif ke dalam pembuluh. Jika diagnosa emboli paru-paru tetap tidak dapat dipastikan, maka dapat dilakukan angiografi paru-paru.
- Anemia : Kebanyakan wanita hamil mengalami anemia dalam berbagai tingkatan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan zat besi untuk menghasilkan sel darah merah janin. Selain itu, anemia juga dapat terjadi karena kekurangan asam folat. Anemia biasanyadapat dicegah atau diobati dengan pemberian suplemen zat besi dan asam folatselama kehamilan. Anemia yang berat dan berlangsunglama menyebabkan kapasitas darah untuk membawa oksigen menurun. Akibatnya, janin tidakdapat mendapatkan cukup oksigen, yang dibutuhkan untuk pertumbuhan normal, khususnyauntuk otak. Wanita hamil yang mengalami anemia berat dapat mengalami berbagai gejala, antara lain rasa lelah yang berlebihan,nafas tersengal-sengal, sakit kepala, dan berkunang-kunang. Resiko persalinan pretermmeningkat pada ibu dengan anemia berat. Perdarahan normal yang terjadi saat proses persalinan dapat menyebabkananemia yang sangat membahayakan pada wanita dengan anemia. Wanita dengan anemia juga lebihrentan untuk terkena infeksi setelah melahirkan. Selain itu, kekurangan asam folat dapat meningkatkan risiko cacat lahir pada bayi, misalnya spina bifida.
- Infeksi Saluran Kemih : Infeksi saluran kemih bisa terjadi saat kehamilan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rahim yang membesar sehingga menekan saluran kemih yang menghubungkan ginjal dengan kandung kemih (ureter), sehingga air seni mengalir dengan lambat dan tidak dapat mengeluarkan bakteri yang terdapat pada saluran kemih. Infeksi pada saluran kemih dapat meningkatkan risiko terjadinya persalinan prematur dan ketuban pecah dini. Infeksi saluran kemih juga dapat menyebar naik dan mengenai ginjal. Pengobatan infeksi saluran kemih dapat menggunakan antibiotik tertentu.
Kehamilan Ektopik : Kehamilan yang salah tempat Faktor risiko terjadinya kehamilan ektopik antara lain : - Kelainan tuba fallopi - Sebelumnya pernah mengalami kehamilan ektopik - Pemakaian DES (dietilstilbestrol) - Kegagalan ligasi tuba (prosedur sterilisasi, dimana dilakukan pengikatan atau pemotongan tuba) Jika janin mati pada stadium awal, maka tidak terjadi kerusakan tuba falopii. Jika janin terus tumbuh, bisa menyebabkan robekan pada dinding tuba sehingga terjadi perdarahan. Jika perdarahan terjadi secara bertahap, bisa menimbulkan nyeri dan kadang menimbulkan penekanan pada perut bagian bawah akibat penimbunan darah. Biasanya setelah sekitar 6-8 minggu, penderita tiba-tiba merasakan nyeri yang hebat di perut bagian bawah dan dapat pingsan. Gejala ini biasanya menunjukkan bahwa tuba telah robek dan menyebabkan perdarahan hebat ke dalam perut. Kadang kehamilan ektopik sebagian terjadi di dalam tubah dan sebagian di dalam rahim. Keadaan ini menyebabkan kram dan spotting. Janin memiliki ruang untuk tumbuh, sehingga kehamilan ektopik biasanya baru pecah di kemudian hari, biasanya pada minggu ke 12-16. Jika hasil pemeriksaan darah dan air kemih menunjukkan positif hamil tetapi rahim tidak membesar, maka diduga telah terjadi kehamilan ektopik. Pada pemeriksaan ultrasonografi, rahim tampak kosong dan di dalam rongga panggul atau rongga perut terlihat adanya darah. Jika pemeriksaan ultrasonografi dapat menunjukkan adanya janin yang terletak di luar rahim, maka diagnosa kehamilan ektopik dapat dipastikan. Kehamilan ektopik harus ditangani sesegera mungkin untuk menyelamatkan nyawa ibu. Biasanya janin dan plasenta harus diangkat dengan operasi. Terkadang, dapat diberikan obat methotrexate sebagai pengganti operasi. Obat tersebut dapat menyebabkan kehamilan ektopik menyusut dan hilang. Namun, terkadang tetap dibutukhan operasi sebagai tambahan methotrexate. |
Komplikasi Kehamilan
Komplikasi kehamilan adalah masalah-masalah yang hanya terjadi saat kehamilan. Keadaan ini dapat menyebabkan gangguan pada si ibu, janin, atau keduanya.
Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat terjadi antara lain :
- Abrupsio plasenta
- Plasenta previa
- Keguguran
- Janin lahir mati
- Inkompatibilitas Rhesus
- Pre-eklampsia dan eklampsia
- Herpes gestasional
- Diabetes gestasional
- Peripartum cardiomyopathy
- Gangguan pada cairan ketuban
Komplikasi kehamilan dapat terjadi pada awal ataupun akhir kehamilan. Namun, sebagian komplikasi kehamilan ini dapat ditangani dengan baik jika diketahui secara dini.
Gejala
Diagnosa
Pengobatan
Referensi
- B, Christian M. M, John. Risk Factors Present During Pregnancy. 2008.
0 comments:
Post a Comment