Keracunan Bahan Kaustik

Keracunan Bahan Kaustik


Definisi


Yang dimaksud dengan bahan kaustik adalah asam dan alkali kuat. Bahan kaustik (jika tertelan) bisa menyebabkan luka bakar dan secara langsung menyebabkan kerusakan pada mulut, kerongkongan serta lambung. Luka bakar ini dapat menyebabkan perforasi (terbentuknya lubang) pada kerongkongan atau lambung. Makanan dan air ludah yang keluar dari lubang ini bisa menimbulkan infeksi yang hebat, dan terkadang mematikan, pada daerah dada (mediastinitis atau empyema) atau perut (peritonitis). Luka bakar yang tidak menyebabkan perforasi dapat menimbulkan jaringan parut pada kerongkongan dan lambung.

PENYEBAB

Beberapa keperluan rumah tangga yang mengandung bahan kaustik adalah pembersih jamban dan sabun pencuci piring; sebagian diantaranya mengandung bahan kaustik yang berbahaya, seperti natrium hidroksida dan asam sulfat.

Bahan kaustik bisa terdapat dalam bentuk padat maupun cair. Pada sediaan padat, rasa panas yang ditimbulkan menempel pada permukaan saluran cerna yang lembab sehingga anak biasanya akan segera berhenti memakannya. Sedangkan sediaan cair tidak menempel, lebih mudah ditelan dan bisa menyebabkan kerusakan pada seluruh bagian kerongkongan.




Gejala


Segera timbul rasa nyeri pada mulut dan tenggorokan, biasanya dalam waktu beberapa menit, dan bisa bersifat hebat, terutama saat menelan. Selain itu dapat timbul batuk, muntah, muntah darah, penderita tidak dapat menelan, sehingga air liur mengalir keluar, dan sesak nafas. Pada kasus yang berat, penderita bisa mengalami penurunan tekanan darah hingga syok, kesulitan bernafas, atau nyeri dada, bahkan bisa terjadi kematian.

Luka bakar pada jalan nafas bisa menimbulkan batuk dan sesak nafas, nafas menjadi cepat dan pendek.

Perforasi pada kerongkongan atau lambung dapat terjadi dalam waktu beberapa jam, pada minggu pertama setelah mengkonsumsi bahan kaustik, atau kapanpun, seringkali setelah muntah atau batuk hebat. Perforasi menyebabkan nyeri dada yang hebat, demam, peningkatan detak jantung dan laju pernafasan, serta penurunan tekanan darah. Adanya peritonitis menimbulkan nyeri perut yang hebat. Tindakan pembedahan diperlukan untuk mengatasinya.

Terbentuknya jaringan parut pada kerongkongan menyebabkan penyempitan yang membuat penderita sulit untuk menelan. Jaringan parut biasanya terbentuk dalam waktu beberapa minggu setelah luka bakar terjadi. Jaringan parut dan kerusakan yang terjadi pada kerongkongan bisa berkembang menjadi kanker dalam beberapa tahun kemudian.



Diagnosa


Dengan bantuan endoskopi bisa diketahui beratnya kerusakan yang telah terjadi pada kerongkongan sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus segera diambil.



Pengobatan


Untuk melarutkan bahan kaustik, sebaiknya anak diberik minum sebanyak mungkin, yang terbaik adalah minum susu. Susu tidak hanya bersifat melindungi dan melembutkan selaput lendir, tetapi juga merupakan pengganti dari protein jaringan yang merupakan target dari bahan kaustik. Sebaiknya tidak dilakukan perangsangan muntah dan pengurasan lambung karena bisa memperburuk kerusakan yang telah terjadi.

Baju yang terkena bahan kaustik segera dilepas dan kulit yang terkena segera dicuci bersih.

Pada kasus yang ringan, anak didorong untuk minum sebanyak mungkin cairan. Jika anak tidak mau minum, cairan bisa diberikan melalui infus. Antibiotik diberikan jika anak mengalami demam atau terdapat tanda-tanda perforasi kerongkongan.

Jika saluran pernafasan tersumbat oleh pembengkakan kerongkongan, mungkin perlu dilakukan trakeostomi (pembuatan lubang pada trakea).

Jika terjadi penyempitan, dilakukan pembedahan untuk memasukkan sebuah selang ke dalam kerongkongan agar kerongkongan tidak menutup sepenuhnya; terapi dilatasi bisa dilakukan beberapa bulan kemudian. Untuk mengurangi peradangan, bisa diberikan kortikosteroid.



Referensi


- O, Gerald F.; O, Rika. Caustic Substances Poisoning. Merck Manual Handbook. 2013.

http://www.merckmanuals.com/home/injuries_and_poisoning/poisoning/caustic_substances_

poisoning.html

Keracunan Bahan Kaustik Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Hari Media Sosial

0 comments:

Post a Comment