Definisi
Refluks Asam (Refluks Gastroesofageal) adalah pengaliran kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lapisan lambung melindungi lambung dari asam lambung. Karena kerongkongan kekurangan lapisan pelindung semacam ini, maka asam lambung yang mengalir kembali ke dalam kerongkongan, menyebabkan
- nyeri
- peradangan (esofagitis)
- kerusakan kerongkongan.
Tingkat peradangan tergantung dari keasaman isi lambung, volume asam lambung dalam kerongkongan dan kemampuan untuk mengeluarkan cairan yang mengalami regurgitasi dari kerongkongan.
Asam mengalami refluks bila katup kerongkongan tidak berfungsi dengan baik.
Dalam posisi berbaring, yang berperan dalam terjadinya refluks ini adalah gaya gravitasi.
Gejala
Gejala yang paling nyata dari refluks asam ini adalah perasaan terbakar di belakang tulang dada.
Nyeri ini dirasakani di dalam dada dan bisa menjalar ke leher, tenggorokan bahkan ke wajah.
Nyeri disebabkan oleh pengaliran kembali (refluks) asam dari lambung ke kerongkongan.
Nyeri biasanya timbul setelah makan atau ketika berbaring.
Rasa terbakar dapat disertai dengan keluarnya isi lambung ke dalam mulut atau produksi air liur yang berlebihan.
Jumlah air liur yang banyak, yang terjadi jika asam lambung mengiritasi kerongkongan bagian bawah yang meradang disebut water brash.
Komplikasi dari refluk asam ini adalah :
- penyempitan kerongkongan (striktur esofageal peptikum)
- tukak kerongkongan
- perubahan pre-kanker pada lapisan kerongkongan (sindroma Barret).
Peradangan esofagus (kerongkongan) menyebabkan nyeri selama menelan dan perdarahan yang biasanya ringan, tetapi bisa juga berat.
Penyempitan menyebabkan kesulitan menelan makanan padat bertambah buruk.
Tukak esofageal peptik adalah luka terbuka yang terasa nyeri pada lapisan kerongkongan.
Nyeri ini biasanya dirasakan di belakang tulang dada atau tepat di bawahnya dan dapat dihilangkan dengan antasida.
Penyembuhan dengan menggunakan obat yang mengurangi asam lambung memakan waktu 4-12 minggu. Penyembuhan tukak biasanya lambat, cenderung kambuh dan biasanya setelah sembuh menyebabkan penyempitan kerongkongan.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.
Pemeriksaan rontgen dan esofagoskopi, pengukuran tekanan dari katup kerongkongan bawah (manometri), pemeriksaan keasaman (pH) kerongkongan dan tes Bernstein (pemeriksaan asam kerongkongan), kadang-kadang perlu dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan mencari komplikasinya.
Biopsi atau tes Bernstein merupakan pemeriksaan diagnostik terbaik untuk membuktikan bahwa gejala disebabkan oleh refluks asam.
Biopsi juga merupakan satu-satunya pemeriksaan yang dapat dipercaya untuk mendeteksi sindroma Barret.
Pada tes Bernstein, larutan asam ditempatkan di kerongkongan bawah.
Tes tersebut menunjukan suatu refluks asam bila gejalanya cepat timbul dan kemudian menghilang ketika diberikan larutan garam di kerongkongan bawah.
Esofagoskopi bisa menunjukkan sejumlah penyebab yang mungkin dan komplikasinya.
Pemeriksaan mikroskopik dari sampel biopsi yang diambil dari kerongkongan, bisa secara akurat mengidentifikasi refluks asam, bahkan jika peradangan tidak tampak pada pemeriksaan esofagoskopi.
Pemeriksaan rontgen dilakukan setelah penderita minum larutan barium dan berbaring dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki dapat menunjukan refluks barium dari lambung ke kerongkongan. Dokter dapat menekan perut untuk meningkatkan refluk.
Pemeriksaan rontgen setelah menelan barium juga dapat menunjukkan tukak kerongkongan atau penyempitan kerongkongan.
Pengukuran tekanan pada katup kerongkongan bawah menunjukan kekuatannya dan dapat membedakan katup yang normal dari katup yang berfungsi buruk.
Pengobatan
Beberapa cara dapat dilakukan untuk menghilangkan refluks asam :
- Meninggikan kepala pada saat tidur kurang lebih 15 cm, dapat menjauhkan aliran asam dari kerongkongan ketika penderita tidur
- Menghindari kopi, alkohol dan bahan lain yang merangsang lambung dengan kuat untuk memproduksi asam
- Mengkonsumsi antasid satu jam setelah makan dan sebelum tidur untuk menetralisasi asam lambung dan mengurangi kebocoran dari katup kerongkongan bawah
- Memakan obat seperti cimetidine dan ranitidine dapat mengurangi keasaman lambung
- Menghindari makanan tertentu (seperti lemak dan coklat), merokok dan obat-obatan tertentu (contohnya antikolinergik), karena hal-hal tersebut meningkatkan kecenderungan untuk terjadinya kebocoran pada katup kerongkongan bawah
- Bisa diberikan obat-obat kolinergik (misalnya Metoclopramide ), untuk memperkuat penutupan katup kerongkongan bawah dan mempercepat pergerakan lambung keronkongan .
Obat -obatan golongan antagonis H2 merupakan pilihan pertama dalam pemberian obat untuk gejala ringan-sedang. Yang termasuk antagonis H2 antara lain Ranitidine , Cimetidine , Famotidine , Nizatidine
Penghambat pompa proton dapat membantu mengurangi sekresi asam lambung, obat tersebut diantaranya adalah Omeprazole , Lansoprazole , Rabeprazole , Esomeprazole , Pantoprazole
Hingga saat ini antasid ( seperti Aluminum hydroxide , Magnesium hydroxide) masih dipakai untuk mengurangi gejala ringan akibat refluk asam lambung
Pada perdarahan kerongkongan yang berat, diperlukan pembedahan darurat.
Penyempitan kerongkongan dapat diobati dengan terapi obat dan terapi pelebaran berulang, dengan menggunakan balon maupun logam.
Sindroma Barret, suatu keadaan pre-kanker, dapat menghilang ataupun menetap, setelah suatu pengobatan yang menghilangkan gejala-gejalanya.
0 comments:
Post a Comment