Definisi
Osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat.
Untuk mempertahankan kepadatan tulang, tubuh memerlukan persediaan kalsium dan mineral lainnya yang memadai, dan harus menghasilkan hormon dalam jumlah yang mencukupi (hormon paratiroid, hormon pertumbuhan, kalsitonin, estrogen pada wanita dan testosteron pada pria). Selain itu, persediaan vitamin D yang adekuat juga diperlukan untuk menyerap kalsium dari makanan dan memasukkan ke dalam tulang.
Secara progresif, tulang meningkatkan kepadatannya sampai tercapai kepadatan maksimal (sekitar usia 30 tahun). Setelah itu kepadatan tulang akan berkurang secara perlahan.
Jika tubuh tidak mampu mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh, sehingga terjadilah osteoporosis.
PENYEBABBeberapa jenis osteoporosis berdasarkan penyebabnya :
- Osteoporosis Primer
Osteoporosis primer meliputi lebih dari 95% osteoporosis pada wanita dan mungkin sekitar 80% osteoporosis pada pria. Sebagian besar kasus terjadi pada wanita post menopause dan pria usia tua (osteoporosis senilis).
Penyebab utama osteoporosis adalah kekurangan hormon estrogen, terutama penurunan hormon estrogen yang cepat, yang terjadi saat menopause. Sebagian besar pria yang berusia diatas 50 tahun memiliki kadar estrogen yang lebih tinggi dibandingkan wanita post menopause, tetapi kadar hormon ini akan menurun seiring dengan proses penuaan. Kadar estrogen yang rendah ini berhubungan dengan osteoporosis baik pada pria maupun wanita.
Kekurangan hormon estrogen meningkatkan penghancuran tulang dan menyebabkan penurunan massa tulang yang cepat. Pada pria, penurunan massa tulang bahkan lebih cepat terjadi jika memiliki asupan kalsium atau kadar vitamin D yang rendah. Kadar vitamin D yang rendah menyebabkan kurangnya kalsium dan peningkatan aktivitas kelenjar paratiroid, yang juga dapat menstimulasi penghancuran tulang. Selain itu, pembentukan tulang juga menjadi menurun.
- Osteoporosis Sekunder
Osteoporosis juga bisa disebabkan oleh berbagai hal lain, seperti :
- Penyakit ginjal kronis
- Gangguan hormonal, misalnya penyakit Cushing, hiperparatiroidisme, hipertiroidisme, hipogonadisme, kadar prolaktin yang tinggi, dan diabetes mellitus.
- Obat-obat tertentu, misalnya kortikosteroid, hormon tiroid, obat anti-kejang, dan obat kemoterapi tertentu.
Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan ini.
- Osteoporosis Idiopatik
Osteoporosis idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang jarang terjadi. Kata idiopatik berarti penyebabnya tidak diketahui. Osteoporosis jenis ini terjadi pada wanita sebelum menopause, pria yang berusia kurang dari 50 tahun, serta anak-anak dan remaja yang memiliki kadar hormon yang normal, kadar vitamin D yang normal, dan tidak ada penyebab osteoporosis yang jelas.
Gejala
Kepadatan tulang berkurang secara perlahan (terutama pada penderita osteoporosis senilis), sehingga pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala. Tetapi, setelah tulang telah menjadi sangat lemah akibat osteoporosis, maka bisa timbul tanda dan gejala-gejala seperti :
- Nyeri punggung, akibat fraktur atau kollaps tulang belakang
- Tinggi badan yang semakin berkurang
- Postur tubuh yang membungkuk
- Lebih mudah terjadi patah tulang
Namun, beberapa penderita bisa tidak mengalami gejala.
Sumber : http://www.mdguidelines.com
Jika kepadatan tulang sangat berkurang hingga tulang menjadi kolaps atau hancur, maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk. Pada tulang panjang, misalnya tulang pada lengan dan tungkai, fraktur biasanya terjadi pada ujung tulang ketimbang pada bagian tengah tulang. Risiko terjadinya fraktur akibat osteoporosis terutama terjadi pada tulang belakang (vertebra). Fraktur biasanya terjadi pada punggung bagian tengah sampai bawah.
Fraktur kompresi pada tulang belakang bisa terjadi pada orang-orang dengan osteoporosis jenis apapun. Tulang belakang yang rapuh bisa kollaps secara tiba-tiba atau setelah mendapat trauma ringan. Sebagian besar fraktur kompresi pada tulang belakang tidak menimbulkan rasa nyeri. Namun, nyeri bisa muncul secara tiba-tiba pada daerah tertentu di punggung, dan bertambah hebat saat seseorang berdiri atau berjalan. Biasanya rasa nyeri akan mulai berkurang secara perlahan setelah 1 minggu. Namun, nyeri bisa terus dirasakan selama berbulan-bulan atau menetap.
Jika beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk kelengkungan tulang belakang yang abnormal (punuk Dowager), yang menyebabkan ketegangan otot dan sakit akibat deformitas yang terjadi.
Tulang-tulang di bagian tubuh lainnya juga bisa mengalami fraktur, seringkali akibat tekanan yang ringan atau terjatuh. Salah satu fraktur yang paling serius adalah fraktur tulang panggul, yang bisa menyebabkan kecacatan dan hilangnya kemandirian pada orang tua.
Fraktur pergelangan tangan juga seringkali terjadi, terutama pada orang-orang dengan osteoporosis post menopause. Selain itu, proses penyembuhan fraktur yang terjadi pada orang-orang dengan osteoporosis cenderung berlangsung dengan lambat.
Diagnosa
Dugaan osteoporosis bisa terjadi pada :
- Wanita yang berusia 65 tahun atau lebih.
- Wanita yang sudah menopause hingga usia 65 tahun yang berisiko mengalami osteoporosis.
- Semua pria dan wanita yang pernah mengalami fraktur (patah tulang) akibat trauma ringan atau tanpa trauma, bahkan jika fraktur terjadi pada usia muda.
- Pria atau wanita yang berusia 65 tahun atau lebih, yang mengalami nyeri punggung atau penurunan tinggi badan setidaknya 1,5 inci tanpa sebab yang jelas.
- Orang-orang dengan gambaran tulang yang tipis pada foto sinar-X.
Untuk mendeteksi atau memastikan dugaan adanya osteoporosis bisa dilakukan pemeriksaan kepadatan tulang, seperti :
- DXA (dual-energy x-ray absorptiometry), yaitu pemeriksaan untuk melihat kepadatan tulang pada tempat-tempat yang rentan mengalami fraktur, misalnya tulang belakang dan panggul.
- Pemeriksaan darah, untuk mengukur kadar kalsium dan vitamin D.
Sumber :http://www.buckheadinternalmedicine.com
Pengobatan
Pengobatan yang diberikan untuk osteoporosis antara lain :
- Obat golongan bifosfonat, misalnya alendronate, risedronate, ibandronate, atau zoledronic acid. Obat ini merupakan obat yang paling banyak digunakan untuk osteoporosis. Bifosfonat telah terbukti dapat meningkatkan kepadatan tulang, misalnya pada tulang belakang dan tulang pinggul, serta menurunkan risiko terjadinya fraktur (patah tulang).
Namun obat ini harus digunakan dengan benar, karena bisa menimbulkan berbagai efek samping, seperti mual, nyeri perut, gangguan menelan, dan risiko terjadinya peradangan pada esofagus. Selain itu, pada kasus yang jarang, bisa terjadi osteonekrosis pada tulang rahang. Kondisi ini paling sering terjadi setelah pencabutan gigi. Namun, belum ada bukti yang menunjukkan bahwa penghentian bifosfonat sebelum dilakukan tindakan pada gigi dapat membantu mencegah terjadinya osteonekrosis.
Pemakaian bifosfonat jangka panjang juga bisa meningkatkan risiko terjadinya fraktur pada tulang paha (femur). Namun, penggunaan bifosfonat yang tepat bisa mencegah terjadinya fraktur lebih besar dari efek samping yang mungkin terjadi.
Bifosfonat sebaiknya tidak digunakan pada :
- Wanita yang hamil atau menyusui
- Orang-orang dengan kadar kalsium yang rendah di dalam dadrah
- Orang-orang dengan penyakit ginjal berat
- Terapi hormon
Pemberian terapi hormon, misalnya hormon estrogen, membantu menjaga kepadatan tulang pada wanita dan bisa digunakan sebagai pencegahan atau terapi. Terapi ini paling efektif jika dimulai segera setelah menopause. Namun, terapi estrogen bisa meningkatkan risiko terbentuknya bekuan darah, kanker endometrium, kanker payudara, dan juga gangguan jantung. Oleh karena itu, terapi hormon biasanya bukan merupakan pilihan terapi.
Terapi estrogen tidak bermanfaat untuk pria. Pria bisa mendapatkan mafaat dengan pemberian terapi testosteron pengganti jika memiliki kadar testosteron yang rendah.
Hormon paratiroid buatan (teriparatide) bisa digunakan untuk meningkatkan pembentukan tulang yang baru, meningkatkan kepadatan tulang, dan mengurangi risiko terjadinya fraktur. Terapi ini bisa digunakan pada :
- Orang-orang yang tidak dapat menggunakan obat golongan bifosfonat
- Orang-orang dengan penurunan densitas tulang atau mengalami fraktur saat mendapatkan terapi dengan bifosfonat
- Orang-orang yang mengalami osteoporosis berat atau banyak fraktur (terutama fraktur tulang belakang) yang tidak biasa
Obat yang mirip dengan estrogen (Raloxifene), mungkin kurang efektif dibandingkan dengan estrogen untuk mencegah dan mengatasi pengeroposan tulang, tetapi tidak memiliki efek samping yang negatif seperti pada estrogen. Obat ini biasanya digunakan untuk orang-orang yang tidak dapat menggunakan obat golongan bifosfonat.
Ada 3 faktor yang penting untuk menjaga kesehatan tulang, yaitu :
- Kalsium dalam jumlah cukup
Pria dan wanita yang berusia 18-50 tahun membutuhkan asupan kalsium 1000 mg setiap hari. Jumlah ini meningkat sampai 1200 mg saat wanita berusia 50 tahun dan pria berusia 70 tahun.
Sumber kalsium yang baik pada makanan antara lain :
- Produk susu rendah lemak
- Sayuran berdaun hijau tua
- Salmon atau sarden dengan tulang (kalengan)
- Produk kedelai, seperti tofu
- Sereal dan jus jeruk dengan fortifikasi kalsium
Sumber : http://www.healthyfoodhouse.com
Jika seseorang sulit untuk mendapatkan kalsium dari makanan, maka bisa menggunakan kalsium tambahan. Tetapi asupan kalsium yang terlalu banyak bisa berhubungan dengan gangguan jantung dan batu ginjal. Asupan klasium dari makanan dan supplemen tidak boleh lebih dari 2000 mg sehari untuk orang-orang yang berusia lebih dari 50 tahun.
- Vitamin D dalam jumlah cukup
Tubuh membutuhkan vitamin D untuk penyerapan kalsium. Banyak orang mendapatkan vitamin D yang cukup dari sinar matahari, tetapi ada sebagian orang yang kurang mendapatkan sinar matahari, misalnya orang-orang yang banyak tinggal di dalam rumah atau menggunakan tabir surya. Asupan vitamin D juga bisa didapat melalui makanan atau supplemen.
- Olahraga teratur
Olahraga bisa membantu seseorang untuk membentuk tulang yang kuat, terutama jika dilakukan secara teratur sejak usia muda dan terus dilanjutkan. Olahraga yang dapat dilakukan antara lain :
- Latihan beban, untuk memperkuat otot dan tulang di lengan dan tulang belakang bagian atas.
- Berjalan, jogging, berlari, menaiki tangga, lompat tali, dan ski, bisa mempengaruhi kesehatan tulang pada tulang belakang bagian bawah, pinggul, dan tungkai.
Selain itu, tindakan pencegahan lain yang bisa dilakukan antara lain :
- Berhenti merokok
- Menghindari konsumsi alkohol dan kafein berlebih
- Menggunakan obat tertentu golongan bifosfonat, misalnya alendronate dan ibandronate, yang juga digunakan untuk terapi osteoporosis.
Referensi
- B, Marcy B. Osteoporosis. Merck Manual Home Health Handbook. 2013.
http://www.merckmanuals.com/home/bone_joint_and_muscle_disorders/
osteoporosis/osteoporosis.html
- Mayo Clinic. Osteoporosis. 2013.
http://www.mayoclinic.com/health/osteoporosis/DS00128
0 comments:
Post a Comment