Definisi
Semua wanita hamil harus mengetahui apa tanda-tanda dimulainya persalinan. Ada dua tanda utama yang menunjukkan proses persalinan akan dimulai, yaitu :
- Adanya kontraksi perut bagian bawah dengan interval yang teratur
- Nyeri punggung
Wanita yang pernah mengalami persalinan yang cepat pada kehamilan sebelumnya, harus segera memberitahu dokter jika ia merasa persalinan akan dimulai.
Ketika kontraksi pada perut bagian bawah mulai terjadi, kontraksi bersifat lemah, tidak teratur, dengan interval yang jauh. Wanita hamil dapat merasakan seperti kram menstruasi. Dengan berjalannya waktu, kontraksi perut menjadi lebih kuat, lebih lama, dan semakin sering.
Kontraksi dan nyeri punggung dapat didahului atau disertai dengan gejala-gejala lainnya, seperti :
- Bloody show : keluarnya sedikit darah bercampur lendir dari vagina, biasanya merupakan tanda bahwa persalinan akan dimulai. Bloody show bisa muncul hingga 72 jam sebelum kontraksi rahim dimulai.
-Pecahnya selaput ketuban : adakalanya, selaput ketuban pecah sebelum persalinan dimulai, dan cairan ketuban keluar melalui vagina.
Ketika selaput ketuban pecah, wanita hamil harus segera menghubungi dokter atau bidan secepatnya. Sekitar 80-90% wanita hamil yang mengalami pecah selaput ketuban sebelum tetapi mendekati tanggal perkiraan persalinan, akan segera masuk ke proses persalinan dalam waktu 24 jam. Jika persalinan tidak dimulai setelah beberapa jam, maka wanita hamil biasanya perlu dibawa ke rumah sakit, dimana akan dilakukan induksi persalinan buatan untuk mengurangi risiko terjadinya infeksi. Setelah selaput ketuban pecah, bakteri dari vagina dapat masuk ke dalam rahim dengan mudah dan menyebabkan infeksi pada wanita hamil, janin, atau keduanya. Oxytocin (obat yang menyebabkan kontraksi rahim) atau obat sejenisnya, seperti prostaglandin, digunakan untuk menginduksi persalinan. Jika selaput ketuban pecah lebih dari 3 minggu sebelum tanggal perkiraan persalinan (prematur), maka persalinan tidak diinduksi sampai janin lebih matang.
Perawatan di Rumah Sakit Atau Rumah Bersalin
Ketika selaput ketuban pecah atau ketika kontraksi rahim yang kuat sering terjadi, dengan interval kurang dari 6 menit, atau berlangsung hingga 30 detik atau lebih, maka wanita hamil harus pergi ke rumah sakit atau rumah bersalin.
Jika diduga telah terjadi pecah ketuban atau jika leher rahim telah membuka lebih dari 4 cm, maka wanita hamil tersebut perlu dirawat. Kekuatan, durasi, dan frekuensi kontraksi rahim perlu dicatat. Berat badan, tekanan darah, detak jantung, frekuensi nafas, dan suhu tubuh perlu diukur. Contoh darah dan air kencing juga perlu diambil untuk dianalisa. Perut wanita hamil diperiksa untuk memperkirakan seberapa besar janin yang dikandungnya, apakah janin menghadap ke depan atau belakang, dan apakah kepala, wajah, bokong, atau bahu yang berada di posisi paling bawah jalan lahir (presentasi bayi).
Posisi dan Presentasi
Posisi dan presentasi janin mempengaruhi bagaimana janin melewati vagina. Kombinasi yang paling umum dan paling sering adalah :
- Kepala keluar lebih dulu
- Wajah bayi menghadap ke belakang (menghadap bawah saat dilahirkan, dengan posisi ibu yang berbaring)
- Wajah dan tubuh miring ke kanan atau ke kiri
- Leher menekuk ke depan
- Dagu menekuk ke dalam
- Lengan terlipat menyilang di dada
Saat satu atau dua minggu sebelum persalinan, kebanyakan janin berputar sehingga bagian belakang kepala muncul lebih dulu saat lahir. Jika presentasi bayi adalah bagian bokong atau bahu atau wajah, maka persalinan menjadi lebih sulit untuk dilakukan dan disarankan untuk dilakukan operasi cesar.
Pemeriksaan vagina dilakukan untuk menentukan apakah selaput ketuban telah pecah dan bagaimana pembukaan serviks. Tetapi, pemeriksaan ini bisa tidak dilakukan jika wanita hamil mengalami perdarahan atau jika selaput ketuban telah pecah secara spontan. Warna cairan ketuban perlu dicatat. Cairan ketuban yang normal adalah jernih dan tidak memiliki bau yang signifikan. Jika selaput ketuban pecah dan cairan ketuban berwarna hijau, maka cairan ini akibat kotoran pertama janin yang keluar (mekonium).
Wanita yang menjalani persalinan di rumah sakit biasanya dipasang infus pada tangannya. Infus ini digunakan untuk memberikan cairan agar mencegah dehidrasi, selain itu juga untuk pemberian obat-obatan, jika diperlukan.
Ketika cairan telah diberikan melalui infus, maka wanita hamil tidak perlu makan atau minum saat proses persalinan. Perut yang kosong membuat wanita hamil lebih jarang muntah saat proses persalinan, sehingga mencegah risiko masuknya maknan ke dalam saluran nafas yang dapat menyebabkan peradangan pada paru-paru dan dapat mengancan jiwa. Biasanya saat masuk ke rumah sakit dan setiap 3 jam sesudahnya, wanita hamil diberikan antasida lewat mulut untuk menetralkan asam lambung. Antasida mengurangi risiko terjadinya kerusakan paru-paru jika muntahan masuk ke saluran nafas.
Pemantauan Janin
Segera setelah wanita dirawat di rumah sakit, maka detak jantung janin diperiksa secara berkala mengunakan ultrasonografi Doppler atau alat pemantau jantung lainnya. Pemantauan detak jantung janin adalah cara yang paling mudah untuk menentukan apakah janin mendapatkan cukup oksigen atau tidak. Detak jantung yang abnormal (terlalu cepat atau terlalu lambat) dapat menunjukkan bahwa janin dalam keadaan bahaya.
Pereda Nyeri
Wanita hamil dapat memilih untuk melakukan persalinan normal yang menggunakan teknik relaksasi dan pernafasan untuk mengatasi nyeri, atau menggunakan obat penghilang nyeri melalui pembuluh darah, atau menggunakan obat anestesi, jika dibutuhkan. Setelah proses persalinan dimulai, rencana ini dapat diubah, tergantung dari bagaimana proses persalinan berlangsung.
Tingkat kecemasan pada wanita yang akan melahirkan mempengaruhi kebutuhan akan pereda nyeri. Untuk itu, wanita hamil dianjurkan untuk mempersiapkan diri sebelum persalinan, misalnya dengan ikut kelas persiapan persalinan. Kesiapan diri dan dukungan saat persalinan cenderung dapat mengurangi kecemasan dan seringkali sangat mengurangi kebutuhan akan obat pereda nyeri.
Teknik relaksasi meliputi bagaimana secara sadar menegangkan bagian tubuh tertentu dan kemudian mengendurkannya (relaksasi). Teknik ini membantu wanita untuk dapat merelaksasi bagian tubuhnya yang lain ketika rahim berkontraksi saat persalinan dan merelaksasi seluruh tubuhnya saat tidak terjadi kontraksi.
Teknik pernafasan meliputi beberapa jenis cara pernafasan yang digunakan saat berbagai waktu saat persalinan. Pada tahap pertama persalinan, sebelum wanita mulai mengedan, ada beberapa jenis pernafasan yang dapat membantu :
- Nafas dalam kemudian dihembuskan perlahan-lahan untuk membantu relaksasi saat awal dan akhir kontraksi
- Nafas yang cepat dan dangkal saat puncak kontraksi
- Pola nafas yang bergantian antara nafas yang cepat dan dangkal, dengan menghembuskan nafas panjang untuk membantu wanita menahan diri mengedan ketika pembukaan serviks (leher rahim) belum lengkap
Pada tahap kedua persalinan, wanita bergantian mengedan dan kemudian bernafas cepat dan dangkal.
Wanita hamil dan pasangannya harus melatih teknik relaksasi dan pernafasan secara teratur saat kehamilan. Saat persalinan, pasangan dapat membantu mengingatkan apa yang harus dilakukan pada tahap tersebut, sambil memberikan dukungan emosional. Pasangan juga dapat memijat wanita untuk membantu agar lebih relaks.
Obat pereda nyeri dapat digunakan jika diminta. Namun, beberapa obat ini dapat menekan pernafasan dan fungsi-fungsi lain pada bayi. Untuk itu, diberikan dosis obat sekecil mungkin.
Anestesi Lokal
Anestesi lokal membuat vagina dan jaringan di sekitarnya menjadi tidak berasa. Umumnya, daerah ini dibuat tidak berasa dengan menyuntikkan obat anestesi lokal melalui dinding vagina ke daerah di sekitar saraf yang mempersarafinya (blok pudendal). Tindakan ini hanya digunakan pada akhir tahap kedua persalinan, yaitu ketika kepala bayi akan keluar dari vagina.
Anestesi Regional
Anestesi regional membuat mati rasa daerah yang lebih luas. Anestesi regional dapat digunakan pada wanita yang menginginkan pereda nyeri yang lebih. Anestesi regional dapat dilakukan dengan :
- Suntikan epidural. Cara ini hampir selalu digunakan. Obat anestesi disuntikkan pada punggung bagian bawah, yaitu di ruang antara tulang belakang dengan bagian luar jaringan yang melapisi medula spinalis. Selang kateter kecil dapat dipasang di ruang epidural untuk memasukkan obat secara perlahan dan berkelanjutan. Dengan suntikan epidural, wanita tetap dapat mengedan dengan baik saat persalinan.
- Suntikan spinal. Obat anestesi disuntikkan pada ruang antara bagian tengah dan dalam lapisan jaringan yang menutupi medula spinalis (ruang subaraknoid). Suntikan spinal biasanya digunakan untuk operasi cesar.
Adakalanya, suntikan epidural atau spinal menyebabkan tekanan darah turun. Untuk itu, tekanan darah harus dipantau secara berkala.
Anestesi Umum
Anestesi umum membuat seorang wanita menjadi tidak sadar untuk sementara. Anestesi umum sangat jarang digunakan karena dapat membuat lambat fungsi organ pada janin, misalnya jantung, paru-paru, dan otak. Meskipun efek ini biasanya bersifat sementara, tetapi efek ini dapat mengganggu penyesuaian diri bayi baru lahir ke lingkungan diluar rahim. Anestesi umum biasanya hanya digunakan untuk operasi cesar yang darurat, karena anestesi ini merupakan cara yang paling cepat untuk membuat tidak sadar.
Gejala
Diagnosa
Pengobatan
Referensi
- B, Haywood L. Labor. Merck Manual Home Health Handbook. 2008.
http://www.merckmanuals.com/home/womens_health_issues/normal_labor_
0 comments:
Post a Comment