Definisi
Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas, atau disebut juga sebagai ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder), merupakan kondisi kronis yang mengenai jutaan anak di dunia dan seringkali menetap hingga masa dewasa. ADHD meliputi adanya kombinasi dari berbagai masalah, seperti kesulitan dalam memusatkan perhatian, hiperaktivitas, dan perilaku yang impulsif.
ADHD sekitar 10 kali lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan. ADHD sebelumnya disebut sebagai gangguan pemusatan perhatian (Attention Deficit Disorder - ADD). Namun, sering terjadi hiperaktivitas pada anak-anak yang terkena, sehingga menyebabkan perubahan terminologi menjadi ADHD.
PENYEBABPenyebab pasti terjadinya ADHD belum diketahui. Banyak faktor yang terlibat dalam terjadinya ADHD, antara lain :
- Faktor genetik. ADHD dapat menurun dalam keluarga. Penelitian menunjukkan bahwa ada gen yang mungkin berperan dalam terjadinya gangguan ini yang diturunkan dalam keluarga.
- Ketidakseimbangan kimia otak (neurotransmitter), yaitu zat-zat yang menghantarkan impuls saraf di dalam otak.
- Perubahan pada otak. Daerah-daerah pada otak yang berperan dalam pemusatan perhatian kurang aktif pada anak-anak dengan ADHD dibandingkan dengan anak-anak tanpa ADHD.
Selain itu, ada faktor-faktor lain yang dapat berkontribusi dalam terjadinya ADHD atau dapat memicu terjadinya gejala, yaitu :
- Infeksi, gizi buruk, dan penyalahgunaan zat-zat terlarang (termasuk rokok dan alkohol) saat kehamilan. Hal ini disebabkan oleh pengaruhnya pada perkembangan otak bayi.
- Paparan pada zat-zat beracun, misalnya timbal, saat awal masa kanak-kanak juga dapat mempengaruhi perkembangan otak anak.
- Cedera atau gangguan pada otak
Mengkonsumsi terlalu banyak gula tidak menyebabkan anak mengalami ADHD, meskipun asupan diet yang seimbang penting untuk perkembangan normal anak. ADHD juga tidak disebabkan oleh terlalu banyak menonton televisi, kehidupan rumah tangga yang kurang baik, sekolah yang kurang baik, atau alergi terhadap makanan.
Gejala
ADHD pada dasarnya merupakan suatu gangguan dalam memusatkan perhatian, berkonsentrasi, dan kemampuan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan secara konsisten. Anak-anak yang terkena juga bisa menjadi sangat aktif dan impulsif.
Anak-anak pra-sekolah bisa tampak gelisah, memiliki masalah dalam interaksi dan komunikasi, serta tidak berperilaku dengan baik. Sekitar 20-60% anak dengan ADHD memiliki masalah dalam belajar, dan sekitar 80% memiliki masalah dalam prestasi akademis. Anak-anak dengan ADHD seringkali bertingkah laku seperti pikirannya kemana-mana dan mereka tidak mendengarkan orang yang berbicara kepadanya. Mereka juga seringkali tidak melakukan tugas-tugas yang diberikan.
Sekitar 40% anak dengan ADHD memiliki masalah yang terkait dengan harga diri, depresi, kecemasan, atau adanya pelanggaran saat mereka memasuki masa remaja. Sekitar 60% anak kecil dengan ADHD memiliki masalah lain, seperti mudah marah (temper tantrums), dan sebagian besar anak yang lebih besar memiliki toleransi yang rendah terhadap rasa frustasi.
ADHD lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibanding anak perempuan, dan perilaku yang muncul bisa berbeda antara anak laki-laki dan anak perempuan. Misalnya, anak laki-laki mungkin lebih hiperaktif dan anak perempuan mungkin cenderung lebih diam dan tidak memperhatikan.
Perilaku yang normal dibandingkan dengan ADHD
Sebagian besar anak yang normal bisa bisa bersikap tidak perhatian, hiperaktif, atau impulsif pada suatu waktu. Singkatnya kemampuan untuk memperhatikan dan tidak mampu terus melakukan suatu aktivitas untuk waktu yang lama juga normal terjadi pada anak-anak pra-sekolah. Bahkan pada anak-anak yang lebih besar dan remaja, lamanya perhatian akan sesuatu tergantung dari seberapa besar ketertarikan mereka akan hal tersebut.
Demikian juga dengan hiperaktivitas. Anak-anak yang masih kecil umumnya bersifat energik. Beberapa anak memang lebih aktif dibandingkan anak lainnya. Namun, anak-anak ini tidak dikatakan memiliki ADHD karena perbedaan tersebut.
Anak-anak yang bermasalah di sekolah tetapi baik-baik saja saat di rumah atau saat bersama teman-temannya kemungkinan mengalami sesuatu selain ADHD. Demikian juga halnya dengan anak-anak yang hiperaktif atau tidak perhatian di rumah, tetapi baik-baik saja dalam berteman atau mengerjakan tugas sekolah.
Diagnosa
Diagnosa gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD) didasarkan dari jumlah, frekuensi, dan keparahan gejala-gejala yang ada. Gejala harus ditemukan sedikitnya pada dua lingkungan yang berbeda, terutama di rumah dan di sekolah. Jika gejala-gejala hanya terjadi di rumah atau hanya terjadi di sekolah, dan tidak terjadi di tempat yang lain, maka keadaan ini tidak memenuhi kriteria ADHD. Gejala-gejala yang timbul juga harus sampai menyebabkan gangguan dalam fungsi sosial atau akademis anak.
Gejala yang muncul meliputi adanya gangguan pemusatan perhatian, hiperaktivitas, dan perilaku impulsif. Tanda-tanda yang dapat muncul dari gangguan ini yaitu :
Tanda-tanda adanya gangguan dalam pemusatan perhatian atau gangguan dalam berkonsentrasi :
- seringkali tidak dapat memperhatikan hal-hal yang detail
- memiliki kesulitan dalam mempertahankan konsentrasi/perhatian saat bekerja dan bermain
- tampak tidak memperhatikan saat diajak berbicara
- seringkali tidak melakukan sesuatu sesuai petunjuk yang ada dan tidak dapat menyelesaikan tugas yang diberikan
- seringkali mengalami kesulitan dalam mengatur tugas dan aktivitas
- seringkali menghindari, tidak menyukai, atau enggan melakukan tugas yang membutuhkan perhatian secara terus menerus
- sering kehilangan barang
- perhatian mudah teralih oleh suatu stimulus
- seringkali meninggalkan suatu kegiatan yang belum tuntas dan beralih pada kegiatan yang baru
- sering lupa
Tanda-tanda adanya hiperaktivitas :
- sering meremas-remas tangan, memain-mainkan kaki, atau tampak suka menggeliat-geliat
- tidak dapat duduk diam, anak sering meninggalkan tempat duduk dan pergi ke tempat lain
- sulit bermain dengan tenang
- sering berlarian atau memanjat-manjat
- memiliki kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam aktivitas yang tenang
- sering bertingkah laku seperti didorong oleh motor penggerak
- sering banyak berbicara
Tanda-tanda adanya perilaku impulsif :
- sering langsung berbicara tanpa berpikir sebelum orang lain selesai berbicara, misalnya anak langsung menjawab sebelum pertanyaan selesai
- sering mengalami kesulitan untuk menunggu giliran, misalnya anak tidak dapat menunggu giliran saat bermain
- sering meyela percakapan atau mengganggu orang lain
Tidak semua tanda harus muncul dalam menegakkan diagnosa ADHD. Namun, tanda-tanda adanya gangguan pemusatan perhatian harus selalu ada.
Pengobatan
ADHD tidak dapat disembuhkan. Tetapi banyak gejala yang bisa diatasi atau dikendalikan. Terapi untuk ADHD seringkali berupa kombinasi obat-obatan dan berbagai terapi psikososial.
Obat-obatan
Obat-obat yang disebut sebagai stimulan (misalnya Methylphenidate) bisa digunakan untuk membantu mengendalikan hiperaktivitas dan perilaku impulsif, serta membantu anak untuk dapat berkonsentrasi lebih lama. Obat-obat yang biasa digunakan antara lain Concerta, Ritalin, dan Metadate.
Terkadang obat-obat stimulan memiliki efek samping yang mengkhawatirkan untuk anak-anak. Efek samping yang bisa terjadi antara lain : gangguan tidur (misalnya insomnia), tidak nafsu makan, depresi atau kesedihan, sakit kepala, sakit perut dan tekanan darah tinggi. Semua efek samping akan menghilang jika obat dihentikan. Pada kasus tersebut, dapat digunakan obat-obat yang bersifat non-stimulan untuk anak-anak ADHD yang berusia lebih dari 6 tahun.
Selain itu, ada obat lain yang dapat digunakan untuk mengatasi gejala-gejala gangguan pemusatan perhatian dan perilaku. Obat-obat ini antara lain clonidine, obat anti-depresan, dan obat anti-cemas.
Terapi Psikososial. Terapi psikososial yang dapat digunakan untuk mengatasi ADHD berupa :
- Pendidikan khusus, yaitu pendidikan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak yang khusus. Anak-anak dengan ADHD umumnya sangat terbantu dengan mendapatkan lingkungan yang sangat teratur dan memiliki aktivitas rutin.
- Modifikasi perilaku, meliputi strategi untuk mendukung perilaku yang baik dan mengurangi perilaku anak yang bermasalah.
- Psikoterapi (konseling). Psikoterapi bisa membantu anak ADHD dalam mempelajari berbagai cara yang lebih baik untuk mengendalikan emosi mereka. Konseling juga dapat membantu anggota keluarga untuk bisa memahami anak ADHD dengan lebih baik.
- Latihan kemampuan sosial. Latihan ini bisa membantu anak untuk mempelajari perilaku yang baru, misalnya berbagi dan mengantri. Latihan ini akan membuat anak bisa beraktivitas lebih baik di dalam situasi sosial.
- Dukungan kelompok. Orang tua dari anak-anak dengan kebutuhan dan permasalahan yang sama dikumpulkan. Kelompok bisa memberikan dukungan dan menjadi forum untuk bisa mengetahui lebih lanjut gangguan yang dialami oleh anak dan perkembangan terbaru dari terapi yang ada.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya ADHD pada anak, yaitu :
- Saat kehamilan, hindari menggunakan sesuatu yang dapat berbahaya bagi perkembangan janin, misalnya minum alkohol, merokok, atau menggunakan obat-obat terlarang. Hindari paparan zat beracun dari lingkungan, misalnya polychlorinated biphenyls.
- Lindungi anak dari paparan polutan dan bahan beracun, misalnya asap rokok, bahan-bahan kimia dari pertanian atau industri, dan cat yang mengandung timbal.
- Batasi paparan layar monitor. Meskipun masih belum terbukti, tetapi pada usia 5 tahun pertama, anak-anak perlu dihindarkan dari paparan TV atau video games yang berlebihan.
Referensi
- Mayo Clinic. Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) in Children. 2013.
http://www.mayoclinic.com/health/adhd/DS00275
- S, Stephen B. Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder. Merck Manual. 2009.
http://www.merckmanuals.com/home/childrens_health_issues/learning_and_developmental
_disorders/attention-deficithyperactivity_disorder.html
- Q, Patricia. Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder. Web MD. 2012.
http://www.webmd.com/add-adhd/attention-deficit-hyperactivity-disorder
0 comments:
Post a Comment