Definisi
Aktivitas listrik terjadi pada otak kita setiap saat. Epilepsi terjadi akibat adanya pelepasan muatan listrik berlebihan di otak secara tiba-tiba yang menyebabkan timbulnya kejang berulang. Bentuk serangan yang terjadi bervariasi. Pada sebagian orang dengan epilepsi serangan dapat berupa pandangan kosong selama beberapa detik, sedangkan yang lainnya mengalami kejang.
2% dari penduduk dewasa pernah mengalami kejang, dan sepertiga dari kelompok tersebut mengalami epilepsi.
PENYEBABSebagian kasus epilepsi tidak diketahui penyebabnya. Pada sebagian lainnya, epilepsi dapat berkaitan dengan berbagai faktor :
- Pengaruh genetik. Beberapa jenis epilepsi, yang dikategorikan sebagai kejang, diturunkan di dalam keluarga, sehingga mungkin sekali ada pengaruh genetik. Pada sebagian besar orang, faktor genetik hanya merupakan salah satu bagian dari penyebab terjadinya epilepsi, yang membuat seseorang lebih rentan terhadap faktor lingkungan yang memicu terjadinya kejang.
- Trauma kepala
- Gangguan medis lain, seperti stroke atau serangan jantung, yang menyebabkan kerusakan pada otak
- Demensia merupakan penyebab tersering epilepsi pada orang tua.
- Penyakit, seperti meningitis, AIDS, dan ensefalitis virus
- Cedera sebelum lahir. Sebelum dilahirkan, bayi rentan untuk mengalami kerusakan otak, yang dapat disebabkan oleh infeksi pada ibu, nutrisi yang buruk, atau kekurangan oksigen. Hal ini dapat menyebabkan palsy serebral pada anak. Sekitar 20% kejang pada anak-anak berhubungan dengan palsy serebral.
- Gangguan perkembangan. Epilepsi terkadang dapat berhubungan dengan gangguan perkembangan, seperti autisme dan sindroma Down.
Gejala
Gejala-gejala yang muncul tergantung dari jenis serangannya. Pada sebagian besar kasus, seseorang dengan epilepsi cenderung memiliki jenis serangan yang sama setiap kali terjadi serangan.
Jenis serangan kejang dapat dibagi menjadi fokal atau umum, tergantung dari bagaimana aktivitas listrik abnormal di otak dimulai.
Kejang Fokal (Focal Seizure)
Serangan berasal dari aktivitas listrik abnornal pada satu bagian otak dan tidak meluas. Serangan jenis ini dapat dibedakan menjadi :
- Serangan Fokal Simpleks. Serangan jenis ini tidak menimbulkan hilangnya kesadaran. Serangan dapat menyebabkan gangguan emosi atau adanya perubahan dari sesuatu yang dilihat, didengar, dirasakan, dikecap, atau dicium. Selain itu juga dapat terjadi hentakan-hentakan bagian dari tubuh yang involunter, misalnya tangan atau kaki, dan juga gejala sensorik seperti kesemutan, vertigo, dan kilatan cahaya. Gangguan sensasi, gerakan atau emosi yang abnormal yang dialami tergantung kepada daerah otak yang terkena.
- Serangan Fokal Kompleks. Serangan jenis ini mengganggu kesadaran sesaat. Serangan dapat berupa tatapan kosong dan gerakan-gerakan tanpa tujuan, misalnya menggosok-gosok tangan, mengunyah-ngunyah, menelan, berjalan melingkar, mengeluarkan suara-suara yang tak berarti, tidak mampu memahami apa yang orang lain katakan, dan menolak bantuan. Kebingungan berlangsung selama beberapa menit, dan diikuti dengan pemulihan total.
Kejang Umum (Generalized seizure)
Serangan berasal dari aktivitas abnormal di otak yang mengenai seluruh bagian otak. Terdapat berbagai jenis serangan untuk kejang umum :
- Serangan absanse (Absence seizure atau disebut juga petit mal). Serangan tipe ini biasanya dimulai saat anak-anak, biasanya antara usia 5 - 15 tahun dan tidak berlanjut sampai dewasa. Namun, orang dewasa adakalanya memiliki serangan tipe ini. Serangan tidak menyebabkan timbulnya kejang. Serangan ditandai dengan adanya tatapan kosong dengan getaran pada kelopak mata dan terkadang kedutan-kedutan pada otot wajah. Penderita sama sekali tidak menyadari lingkungan sekitarnya. Serangan ini berlangsung sekitar 10-30 detik. Penderita tiba-tiba berhenti mengerjakan sesuatu yang sedang dikerjakannya dan setelah serangan reda, mereka kembali melanjutkan pekerjaannya. Penderita tidak menyadari serangan yang terjadi.
- Serangan tonik. Serangan jenis ini biasanya terjadi saat tidur. Tonus otot meningkat sehingga menyebabkan kekakuan pada otot-otot menyeluruh, yaitu pada punggung, tangan, dan kaki. Serangan biasanya berlangsung selama 10-15 detik. Penderita dapat terjatuh jika sedang berdiri. Kebanyakan penderita tetap sadar.
- Serangan klonik, berhubungan dengan kontraksi-kontraksi otot yang menimbulkan hentakan-hentakan ritmik, biasanya mengenai tangan, leher, dan wajah.
- Serangan myoklonik. Serangan ini biasanya muncul sebagai hentakan-hentakan tangan dan kaki yang tiba-tiba dan sesaat.
- Serangan atonik. Serangan ini menimbulkan hilangnya tonus otot normal dan kesadaran, sehingga menyebabkan penderita tiba-tiba jatuh / collapse.
- Serangan tonik-klonik (disebut juga grand mal). Serangan jenis ini merupakan serangan paling hebat, yang ditandai dengan hilangnya kesadaran sementara dan kejang muncul ketika aktivitas abnormal menyebar ke kedua sisi otak. Serangan ditandai dengan adanya spasme otot, timbul kekakuan dan hentakan-hentakan diseluruh tubuh, penderita terjatuh, dengan kuat akan memutar kepala ke satu sisi, mengatupkan giginya, dan terkadang juga hilangnya kontrol dalam berkemih. Penderita juga seringkali terggigit lidahnya. Serangan berlangsung sekitar 1-2 menit. Sesudahnya, beberapa penderita mengalami sakit kepala, kebingungan sementara, dan merasa sangat capai. Kebanyakan penderita tidak ingat apa yang terjadi saat serangan.
Status epileptikus merupakan gangguan kejang yang paling serius dan bersifat darurat, karena kejang tidak berhenti. Aktivitas listrik abnormal terjadi di seluruh otak, menyebabkan serangan tonik klonik menyeluruh. Status epileptikus dinyatakan jka serangan menetap lebih dari 5 menit atau jika penderita tidak sadar penuh diantara serangan. Penderita mengalami kejang dengan kontraksi-kontraksi otot yang hebat dan tidak dapat bernafas dengan adekuat. Tanpa penanganan yang cepat, maka dapat terjadi kerusakan otak dan jantung permanen, dan terkadang menyebabkan kematian.
Gejala kejang berdasarkan sisi otak yang terkena
Sisi otak yg terkena | Gejala |
Lobus frontalis | Kedutan pada otot tertentu |
Lobus oksipitalis | Halusinasi kilauan cahaya |
Lobus parietalis | Mati rasa atau kesemutan di bagian tubuh tertentu |
Lobus temporalis | Halusinasi gambaran dan perilaku repetitif yang kompleks misalnya berjalan berputar-putar |
Lobus temporalis anterior | Gerakan mengunyah, gerakan bibir mencium |
Lobus temporalis anterior sebelah dalam | Halusinasi bau, baik yg menyenangkan maupun yg tidak menyenangkan |
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala yang disampaikan oleh orang lain yang menyaksikan terjadinya serangan epilepsi pada penderita. Berbagai pemeriksaan dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosa :
- Pemeriksaan neurologis
- Pemeriksaan darah untuk melihat apakah terdapat tanda-tanda infeksi, gangguan elektrolit, anemia, atau diabetes, yang dapat berhubungan dengan terjadinya kejang.
- EEG (elektroensefalogram). Pemeriksaan ini paling sering dilakukan untuk membantu mendiagnosa epilepsi. EEG merekam aktivitas listrik di otak melalui elektroda yang ditempelkan pada kulit kepala dengan cairan seperti pasta. Jika terdapat epilepsi, maka akan terlihat perubahan pola normal gelombang otak, meskipun penderita tidak sedang mengalami serangan. Pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa sakit dan tidak berisiko.
- CT scan, diperlukan jika terjadi serangan untuk pertama kalinya. CT scan dilakukan untuk melihat struktur otak, sehingga dapat dilihat apakah terdapat kelainan pada otak yang dapat menimbulkan serangan, misalnya tumor, perdarahan, atau kista.
- MRI, memberikan informasi yang mirip dengan CT scan, tetapi lebih detail. Pemeriksaan MRI dapat melihat kelainan di otak yang dapat menyebabkan terjadinya serangan.
- PET (Positron Emission Tomography). PET scan menggunakan material radioaktif dengan dosis kecil yang disuntikkan ke pembuluh darah untuk membantu melihat area yang aktif pada otak dan mendeteksi kelainan.
- SPECT (Single photon emission computed tomography). Pemeriksaan ini menggunakan material radioaktif dosis kecil yang disuntukkan ke pembuluh darah untuk menghasilkan gambaran aliran darah pada otak selama serangan. Pemeriksaan ini biasanya digunakan jika hasil MRI dan EEG tidak menunjukkan lokasi gangguan pada otak tempat serangan berasal.
- EKG (elektrokardiogram) dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan irama jantung sebagai akibat dari tidak adekuatnya aliran darah ke otak, yang bisa menyebabkan seseorang mengalami pingsan.
- Terkadang dilakukan punksi lumbal utnuk mengetahui apakah telah terjadi infeksi otak.
Pengobatan
Jika penyebab terjadinya serangan adalah tumor, infeksi atau kadar gula maupun natrium yang abnormal, maka keadaan tersebut harus diobati terlebih dahulu.
Sekitar 70% kasus epilepsi dapat disembuhkan dengan pengobatan yang teratur. Kepatuhan dalam mengkonsumsi obat anti epilepsi adalah kunci utama dalam mengontrol serangan epilepsi. Obat anti-epilepsi diberikan sesuai dengan jenis serangan dan untuk jangka panjang. Namun seringkali terdapat masalah dalam kepatuhan penyandang epilepsi untuk minum obat.
Untuk dapat mengontrol serangan, maka :
- Minum obat-obat sesuai yang diberikan oleh dokter
- Konsultasikan dulu dengan dokter Anda, jika hendak mengubah obat menjadi obat generik, atau mengganti ke obat yang lain.
- Jangan pernah menghentikan pengobatan tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter Anda.
- Pada kasus yang jarang, obat anti epilepsi dapat menimbulkan depresi, maka segera beritahu dokter Anda jika timbul depresi, perubahan mood, atau tingkah laku.
Obat-obat yang dapat digunakan untuk mengobati kejang
Obat | Jenis Serangan | Efek samping yg mungkin terjadi |
Generalisata, parsial | Jumlah sel darah putih & sel darah merah berkurang | |
Ethosuximide Methsuximide | Petit mal | Jumlah sel darah putih & sel darah merah berkurang |
Gabapentin | Parsial | Tenang |
Generalisata, parsial | Ruam kulit | |
Generalisata, parsial | Tenang | |
Generalisata, parsial | Pembengkakan gusi | |
Primidon | Generalisata, parsial | Tenang |
Kejang infantil, petit mal | Penambahan berat badan, rambut rontok | |
Ezogabine | Parsial | Mengantuk, pusing, vertigo, tremor, hilang ingatan, penglihatan ganda |
Generalisata, parsial | Hipohidrosis | |
Felbamate | Generalisata, parsial | Anemia aplastik, gangguan hati |
Generalisata, parsial | Gangguan psikomotor , gangguan daya ingat | |
parsial | Tenang | |
Rufinamide | Generalisata, parsial | Tenang |
Clobazam | Parsial | ataksia , somnolen, disartri |
Kepatuhan dalam mengkonsumsi obat anti epilepsi adalah kunci utama dalam mengontrol serangan epilepsi.
Referensi
- Bola Adamolekun. Seizure Disorder. 2008. http://www.merckmanuals.com/home/
brain_spinal_cord_and_nerve_disorders/seizure_disorders/seizure_disorders.html
- Mayo Foundation for Medical Education and Research. Epilepsy. 2011.
http://www.mayoclinic.com/health/epilepsy/DS00342/DSECTION=symptoms
- Yayasan Epilepsi Indonesia. http://www.ina-epsy.org
0 comments:
Post a Comment