Definisi
Kanker pada rahim terjadi pada lapisan rahim (endometrium), sehingga disebut juga kanker endometrium. Kanker ini biasanya terjadi setelah masa menopause, paling sering terjadi pada wanita berusia 50-60 taun. Lebih dari 80% kanker endometrium merupakan adenokarsinoma, yang berasal dari sel-sel glandular. Kurang dari 5% kanker pada rahim merupakan sarkoma. Kanker ini berasal dari jaringan ikat dan cenderung bersifat lebih ganas.
Kanker bisa menyebar (metastasis) secara lokal maupun jauh ke berbagai bagian tubuh (misalnya kanalis servikalis, tuba falopii, ovarium, daerah di sekitar rahim, sistem getah bening atau ke bagian tubuh lainnya melalui pembuluh darah).
PENYEBABKanker endometrium lebih sering terjadi pada negara-negara maju karena pola makan yang tinggi lemak. Penyebab pasti terjadinya kanker rahim belum diketahui, tetapi tampaknya penyakit ini berkaitan dengan kadar estrogen yang tinggi. Faktor risiko terjadinya kanker endometrium yang paling penting adalah kegemukan (obesitas), kencing manis (diabetes), dan darah tinggi (hipertensi). Tubuh membuat sebagian estrogen pada jaringan lemak, sehingga wanita yang gemuk memiliki kadar estrogen yang lebih tinggi. Tingginya kadar estrogen merupakan penyebab meningkatnya resiko kanker rahim pada wanita yang gemuk.
Ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko kanker endometrium akibat kadar hormon estrogen yang tinggi. Faktor-faktor ini berupa :
- Mendapat menstruasi pertama (menarche) sebelum usia 12 tahun, menopause setelah usia 52 tahun, atau keduanya
- Terdapat gangguan menstruasi, misalnya perdarahan, adanya bercak-bercak darah yang terjadi di antara periode menstruasi, atau tidak menstruasi untuk waktu lama
- Tidak memiliki anak
- Memiliki tumor yang menghasilkan estrogen
- Mengkonsumsi obat-obatan dosis tinggi yang mengandung estrogen
- Menggunakan tamoxifen selama lebih dari 5 tahun
Estrogen mendorong pertumbuhan jaringan dan pembelahan sel yang cepat pada lapisan rahim (endometrium). Sejumlah besar estrogen yang disuntikkan kepada hewan percobaan di laboratorium menyebabkan hiperplasia endometrium dan kanker. Kadar hormon estrogen meningkat pada saat tertentu dalam siklus menstruasi. Dengan demikian, semakin banyak siklus menstruasi yang dialami selama hidup dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker endometrium. Tamoxifen, yaitu obat yang digunakan untuk mengobati kanker payudara, menghambat efek estrogen pada payudara, tetapi tetap memiliki efek sebagai estrogen pada rahim. Oleh karena itu, obat ini dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker endometrium.
Faktor risiko lainnya dapat berupa :
- Adanya riwayat anggota keluarga yang terkena kanker payudara, kanker ovarium, kanker usus besar, atau kanker pada rahim
- Memiliki riwayat terapi radiasi pada panggul
- Hiperplasia endometrium
- Usia. Kanker uterus terutama menyeranga wanita berusia 50 tahun keatas.
- Terapi Sulih Hormon (TSH). TSH digunakan untuk mengatasi gejala-gejala menopause, mencegah osteoporosis dan mengurangi resiko penyakit jantung atau stroke. Wanita yang mengkonsumsi estrogen tanpa progesteron memiliki resiko yang lebih tinggi. Pemakaian estrogen dosis tinggi dan jangka panjang tampaknya mempertinggi resiko ini. Wanita yang mengkonsumsi estrogen dan progesteron memiliki resiko yang lebih rendah karena progesteron melindungi rahim.
- Penyakit ovarium polikista
- Polip endometrium
Wanita yang memiliki faktor resiko tidak selalu menderita kanker rahim, sebaliknya banyak penderita kanker rahim yang tidak memiliki faktor resiko. Kadang tidak dapat dijelaskan mengapa seorang wanita menderita kanker rahim sedangkan wanita yang lainnya tidak.
Gejala
Gejala awal yang paling sering terjadi adalah perdarahan abnormal dari vagina. Perdarahan abnormal ini meliputi :
- Perdarahan yang terjadi setelah menopause
- Perdarahan yang terjadi di antara periode menstruasi
- Periode menstruasi yang tidak teratur, banyak, atau lebih lama dari biasanya
Satu dari tiga wanita yang mengalami perdarahan per vagina setelah menopause mengalami kanker endometrium. Wanita yang mengalami perdarahan per vagina setelah menopause harus memeriksakan diri ke dokter. Keluarnya sekret cair dengan darah juga dapat terjadi. Wanita post menopause bisa mengalami keluarnya sekret per vagina selama beberapa minggu atau bulan yang kemudian diikuti dengan perdarahan per vagina.
Gejala lain yang dapat ditemukan berupa:
Diagnosa
Dugaan adanya kanker endometrium dibuat berdasarkan gejala-gejala khas yang ada atau jika hasil pemeriksaan Pap (Papanicolaou) smear menunjukkan hasil yang abnormal. Jika diduga adanya kanker, maka dilakukan pengambilan contoh jaringan endometrium (biopsi) untuk kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan hysteroscopy melalui vagina untuk melihat rahim sehingga dapat dilihat kelainan yang ada. Ultrasonografi per vagina juga dapat dilakukan untuk mengevaluasi kelainan yang ada.
Jika kanker endometrium telah terdiagnosa, maka perlu dilakukan beberapa atau seluruh pemeriksaan di bawah ini untuk menentukan apakah kanker telah menyebar keluar rahim atau tidak, yaitu :
- Pemeriksaan darah
- Pemeriksaan fungsi ginjal dan hati
- Foto rontgen dada
- Jika hasil pemeriksaan fisik atau pemeriksaan lainnya menunjukkan kemungkinan kanker telah menyebar keluar dari rahim, maka dilakukan pemeriksaan CT scan atau MRI
Staging (Menentukan stadium kanker)
Berikut ini adalah pembagian stadium kanker pada rahim:
Pengobatan
Pemilihan pengobatan tergantung pada ukuran tumor, stadium, pengaruh hormon terhadap pertumbuhan tumor dan kecepatan pertumbuhan tumor, serta usia dan keadaan umum penderita.
Metode pengobatan:
- Pembedahan
Histerektomi (operasi pengangkatan rahim) merupakan terapi utama kanker endometrium. Jika kanker belum menyebar keluar dari rahim, maka hampir selalu dilakukan pengangkatan rahim beserta tuba falopi serta indung telur (salpingo-oophorectomy). Kedua tuba falopii dan ovarium ikut diangkat karena sel-sel tumor bisa menyebar ke ovarium, selain itu sel-sel kanker dorman (tidak aktif) yang mungkin tertinggal dapat teraktivasi akibat estrogen yang dihasilkan oleh ovarium. Kelenjar getah bening di dekatnya biasanya juga ikut diangkat. Kelenjar getah bening ini diperiksa untuk menentukan apakah kanker telah menyebar atau tidak, dan seberapa jauh penyebarannya. Jika sel kanker telah ditemukan di dalam kelenjar getah bening, maka kemungkinan kanker telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Informasi ini berguna untuk menentukan apakah diperlukan terapi tambahan lainnya (kemoterapi, terapi radiasi, atau progestin) setelah pembedahan. Jika sel kanker belum menyebar ke luar endometrium, maka penderita tidak perlu menjalani pengobatan lainnya. - Terapi penyinaran (radiasi)
Terapi penyinaran dapat diberikan setelah pembedahan untuk membunuh sel-sel kanker yang mungkin masih tertinggal. Tindakan ini menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel kanker. Terapi penyinaran merupakan terapi lokal, hanya menyerang sel-sel kanker di daerah yang disinari. Pada stadium I, II atau III dilakukan terapi penyinaran dan pembedahan. Penyinaran juga dapat dilakukan sebelum pembedahan (untuk memperkecil ukuran tumor).
Ada 2 jenis terjapi penyinaran yang digunakan untuk mengobati kanker rahim:
- Radiasi eksternal : digunakan sebuah mesin radiasi yang besar untuk mengarahkan sinar ke daerah tumor. Penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 kali/minggu selama beberapa minggu dan penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit. Pada radiasi eksternal tidak ada zat radioaktif yang dimasukkan ke dalam tubuh.
- Radiasi internal : digunakan sebuah selang kecil yang mengandung suatu zat radioaktif, yang dimasukkan melalui vagina dan dibiarkan selama beberapa hari. Selama menjalani radiasi internal, penderita dirawat di rumah sakit.
- Kemoterapi. Jika kanker telah menyebar keluar rahim dan leher rahim, atau kanker muncul kembali, maka obat-obat kemoterapi (misalnya carboplatin, cisplatin, cyclophosphamide, doxorubicin, dan paclitaxel) dapat digunakan. Obat-obat ini mengurangi ukuran kanker dan mengendalikan penyebaran kanker.
Jika kanker tidak berespon dengan kemoterapi, maka dapat diberikan terapi hormonal. Terapi hormonal merupakan terapi sistemik karena bisa mempengaruhi sel-sel di seluruh tubuh. Pada terapi hormonal biasanya digunakan progestin (obat sintetis yang mirip dengan hormon progesteron). Obat ini dapat mengurangi ukuran kanker dan mengendalikan penyebaran untuk 2-3 tahun. Terapi dilanjutkan selama kanker masih berespon terhadap pemberian terapi.
Terapi hormonal dilakukan pada:
- penderita kanker rahim yang tidak mungkin menjalani pembedahan ataupun terapi penyinaran
- penderita yang kankernya telah menyebar ke paru-paru atau organ tubuh lainnya
- penderita yang kanker rahimnya kembali kambuh
Efek samping pengobatan kanker
Pengobatan kanker bisa menyebabkan kerusakan pada sel dan jaringan yang sehat, karena itu bisa menimbulkan beberapa efek samping yang tidak diharapkan. Efek samping tersebut tergantung kepada berbagai faktor, diantaranya jenis dan luasnya pengobatan.
Setelah menjalani histerektomi, penderita biasanya mengalami nyeri dan merasa sangat lelah. Kebanyakan penderita akan kembali menjalani aktivitasnya yang normal dalam waktu 4-8 minggu setelah pembedahan. Beberapa penderita mengalami mual dan muntah serta gangguan berkemih dan buang air besar.
Wanita yang telah menjalani histerektomi tidak akan mengalami menstruasi dan tidak dapat hamil lagi. Jika ovarium juga diangkat, maka penderita juga mengalami menopause. Hot flashes dan gejala menopause lainnya akibat histerektomi biasanya lebih berat dibandingkan dengan gejala yang timbul karena menopause alami.
Pada beberapa penderita, histerektomi bisa mempengaruhi hubungan seksual. Penderita merasakan kehilangan sehingga mengalami kesulitan dalam melakukan hubungan seksual.
Efek samping dari terapi penyinaran sangat tergantung kepada dosis dan bagian tubuh yang disinari. Biasanya kulit menjadi kering dan merah, rambut di daerah yang disinari mengalami kerontokan, nafsu makan berkurang dan kelelahan yang luar biasa. Beberapa penderita merasakan gatal-gatal, kekeringan dan perih pada vaginanya. Penyinaran juga dapat menyebabkan diare dan sering berkemih, serta menyebabkan terjadinya penurunan jumlah sel darah putih.
Wanita yang mengkonsumsi progesteron bisa mengalami peningkatan nafsu makan, penimbunan cairan dan penambahan berat badan. Jika masih mengalami menstruasi, maka siklusnya bisa mengalami perubahan.
Setiap wanita sebaiknya menjalani pemeriksaan panggul dan Pap smear secara rutin, untuk menemukan tanda-tanda pertumbuhan yang abnormal. Wanita yang memiliki faktor resiko kanker rahim sebaiknya lebih sering menjalani pemeriksaan panggul, Pap smear dan tes penyaringan (termasuk biopsi endometrium).
Referensi
- G, David M. R, Pedro T. Cancer of The Uterus. Merck Manual Home Health Handbook. 2008.
http://www.merckmanuals.com/home/womens_health_issues/cancers_of_the_female_
reproductive_system/cancer_of_the_uterus.html
- National Cancer Institute. Uterine Cancer. MedicineNet. 2010.
http://www.medicinenet.com/uterine_cancer/page4.htm
0 comments:
Post a Comment