Definisi
Salah satu metode kontrasepsi untuk mencegah terjadinya pembuahan sel telur oleh sperma atau menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim (implantasi) adalah metode kontrasepsi hormonal.
Kontrasepsi hormonal dapat diberikan melalui berbagai cara, misalnya diminum, dimasukkan melalui vagina, ditempelkan di kulit, ditanam di bawah kulit, atau disuntikkan di otot.
Hormon yang digunakan untuk mencegah terjadinya pembuahan yaitu estrogen dan progestin (obat yang mirip dengan progesteron). Kontrasepsi hormonal mencegah kehamilan dengan cara menghentikan ovarium melepaskan sel telur atau menjaga lendir serviks tetap tebal sehingga sperma tidak dapat masuk melalui serviks (leher rahim) ke dalam rahim. Dengan demikian, kontrasepsi hormonal mencegah terjadinya pembuahan pada sel telur.
Semua metode kontrasepsi hormonal dapat memiliki efek samping dan pembatasan pemakaian yang mirip.
Obat Kontrasepsi Oral
Obat kontrasepsi oral, yang seringkali dikenal sebagai pil KB, mengandung hormon (kombinasi progestin dan estrogen, atau progestin saja).
Pil KB kombinasi biasanya dikonsumsi sekali sehari selama 3 minggu, kemudian pemakaiannya dihentikan selama satu minggu, sehingga periode menstruasi terjadi, lalu mulai dikonsumsi kembali. Bisa juga terdapat tablet-tablet yang tidak aktif untuk dikonsumsi selama seminggu, yaitu saat pil KB kombinasi dihentikan, sehingga didapatkan rutinitas mengkonsumsi satu tablet setiap hari.
Pil KB lainnya dikonsumsi setiap hari selama 12 minggu, kemudian dihentikan selama 1 minggu, sehingga periode menstruasi hanya terjadi 4 kali dalam setahun. Ada juga pil KB yang diminum setiap hari sepanjang tahun, sehingga tidak ada periode menstruasi yang dijadwalkan, tetapi serigkali terjadi episode perdarahan yang tidak tentu.
Sekitar 0.3% wanita yang menggunakan pil KB kombinasi sesuai petunjuk menjadi hamil pada tahun pertama pemakaian. Kemungkinan untuk hamil meningkat jika wanita lupa mengkonsumsi pil KB terutama pil pertama pada siklus bulanan.
Pil KB yang hanya berisi progestin dikonsumsi setiap hari setiap bulan. Pil KB ini seringkali menyebabkan perdarahan yang tidak teratur. Angka terjadinya kehamilan kurang lebih sama dengan pil KB kombinasi. Pil KB progestin biasanya hanya diberikan jika pemakaian estrogen dapat memberi efek yang merugikan, misalnya pada wanita menyusui, estrogen dapat mengurangi jumlah dan kualitas ASI yang dihasilkan. Pil KB yang hanya mengandung progestin tidak mempengaruhi produksi ASI.
Sebelum menggunakan obat kontrasepsi oral, seorang wanita harus diperiksa terlebih dahulu, termasuk pemeriksaan terhadap tekanan darah, untuk memastikan ia tidak memiliki masalah kesehatan yang dapat membuat pemakaian obat kontrasepsi oral berisiko untuknya. Pemeriksaan harus diulang kembali setelah penggunaan obat kontrasepsi oral selama 3 bulan, untuk memastikan bahwa tekanan darahnya tidak berubah. Jika hasil pemeriksaan baik, maka selanjutnya pemeriksaan dapat diulang setidaknya sekali setahun.
Keuntungan Obat Kontrasepsi Oral
Keuntungan utama obat kontrasepsi oral adalah dapat diandalkan dan dapat terus melindungi jika digunakan sesuai petunjuk. Selain itu, obat kontrasepsi oral juga mengurangi terjadinya kram menstruasi, sindroma pre-menstruasi, jerawat, perdarahan yang tidak teratur, anemia defisiensi besi, kista payudara, kista ovarium, kehamilan ektopik, dan infeksi tuba fallopi. Wanita yang menggunakan obat kontrasepsi oral juga tidak rentan terkena osteoporosis.
Obat kontrasepsi oral juga mengurangi risiko terjadinya berbagai jenis kanker, termasuk kanker rahim (endometrium) dan kanker ovarium.
Obat kontrasepsi oral tidak memiliki efek jangka panjang terhadap kesuburan, meskipun ovulasi bisa tidak terjadi selama beberapa bulan setelah penghentian obat. Disarankan seorang wanita menunggu selama 2 minggu setelah melahirkan sebelum mulai mengkonsumsi obat kontrasepsi oral.
Kerugian Obat Kontrasepsi Oral
Beberapa efek samping yang dapat timbul akibat pemakaian obat kontrasepsi oral :
- Perdarahan yang tidak teratur, sering terjadi saat beberapa bulan pertama pemakaian obat kontrasepsi oral, tetapi perdarahan biasanya berhenti setelah tubuh dapat menyesuaikan diri dengan hormon yang diberikan.
- Mual, kembung, retensi cairan, peningkatan tekanan darah, nyeri pada payudara, dan migren (akibat estrogen yang terdapat di dalam pil KB)
- Peningkatan berat badan dan jerawat (akibat adanya progestin di dalam pil KB)
- Melasma (bercak-bercak gelap pada wajah).
- Meningkatnya risiko terjadinya beberapa gangguan, seperti terjadinya bekuan darah di dalam pembuluh darah vena.
- Meningkatnya risiko terjadinya kanker serviks, terutama setelah penggunaan obat kontrasepsi oral selama lebih dari 5 tahun.
- Batu empedu menjadi lebih cepat membesar, tetapi tidak menimbulkan terbentuknya batu empedu yang baru. Batu empedu lebih sering terdiagnosa pada beberapa tahun pertama pemakaian obat kontrasepsi oral.
- Untuk wanita yang berusia lebih dari 35 tahun dan yang merokok, penggunaan obat kontrasepsi oral meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung. Untuk itu, sebaiknya mereka tidak menggunakan obat kontrasepsi oral.
Seorang wanita tidak boleh menggunakan kontrasepsi oral pada situasi berikut:
- Perokok dan usianya di atas 35 tahun
- Memiliki gangguan hati maupun tumor pada hati
- Memiliki kadar trigliserida yang sangat tinggi (250 mg/dL atau lebih tinggi)
- Memiliki tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol
- Memiliki penyakit diabetes mellitus yang tidak terkontrol
- Memiliki gangguan ginjal
- Memiliki penyumbatan darah di betis akibat adanya bekuan darah (trombosis vena)
- Kondisi kaki yang tidak bergerak (seperti pada penggunaan gips)
- Memiliki penyakit arteri koroner
- Pernah mengalami stroke
- Menjalankan operasi dalam bulan sebelumnya atau akan menjalankan operasi pada bulan berikutnya
- Memiliki penyakit kolestasis (aliran empedu berkurang) selama kehamilan atau memiliki sakit kuning (jaundice) selama penggunaan kontrasepsi oral sebelumnya
- Memiliki kanker payudara atau kanker endometrial yang dapat berkembang dengan stimulasi estrogen
- Pernah terkena serangan jantung
- Mengalami perdarahan vagina dengan sebab yang tidak diketahui
- Memiliki penyakit lupus/systemic lupus erythematosus (SLE)
Wanita dapat menggunakan kontrasepsi oral hanya dengan pengawasan dari dokter pada situasi berikut:
- Wanita yang mengalami depresi
- Memiliki diabetes yang dikontrol dengan baik dan tidak mempengaruhi sirkulasinya
- Memiliki sindroma pra haid/premenstrual syndrome (PMS)
- Tidak memiliki periode menstruasi (amenorrhea) untuk alasan yang tidak diketahui
- Sering mengalami migrain (tapi tidak dengan gejala gangguan sistem saraf pusat, seperti rasa kebas atau lemah pada lengan atau wajah)
- Perokok berusia di bawah 35 tahun
- Memiliki hepatitis atau penyakit hati lainnya dan telah sembuh total
- Memiliki tekanan darah tinggi yang dikontrol dengan pengobatan
- Memiliki varises
- Memiliki gangguan kejang yang telah diobati dengan obat
- Memiliki fibroid di rahim
- Memiliki prekanker, abnormalitas pada rahim dan kanker rahim yang telah diobati
- Obesitas
- Memiliki hubungan dekat dengan keluarga yang menderita penyumbatan darah
* pantangan ini hanya untuk kontrasepsi oral yang mengandung estrogen dan progestin.
mg/dL = milligram per desiliter darah
- KB Tempel dan Cincin Vagina
KB tempel dan cincin vagina, yang mengandung estrogen dan progestin, digunakan selama 3 minggu kemudian dilepaskan pada minggu ke-4, sehingga terjadi periode menstruasi.
KB tempel dilekatkan di kulit selama seminggu dan diganti setiap minggunya, selama 3 minggu berturut-turut. Pada minggu ke-4, KB tempel tidak digunakan.
Cincin vagina adalah alat berupa plastik kecil yang diletakkan di dalam vagina dan didiamkan selama 3 minggu. Alat ini dilepaskan pada minggu ke-4. Cincin vagina diganti setiap bulannya. Biasanya, cincin vagina tidak dirasakan oleh pasangannya saat melakukan hubungan seksual.
Kedua metode ini sama-sama efektif, terutama jika digunakan dengan benar. Efektivitas kedua metode ini mirip dengan kontrasepsi oral. Namun terkadang KB tempel kurang efektif pada wanita yang gemuk.
Dengan kedua metode ini, wanita dapat memiliki periode menstruasi yang teratur. Jarang terjadi perdarahan atau bercak-bercak perdarahan di antara periode menstruasi. Efek samping dan batasan pemakaian kedua metode ini mirip dengan metode kontrasepsi oral.
- Kontrasepsi Implan
Kontrasepsi implan berupa sebuah batang kecil yang mengandung progestin. Alat kontrasepsi ini dimasukkan ke dalam kulit menggunakan alat seperti jarum (trocar) setelah kulit dianestesi. KB implan ditanam di kulit lengan bagian dalam di atas siku.
Sumber : http://www.toptenz.net
Pemasangan KB implan tidak membutuhkan jahitan pada kulit. KB implan akan melepaskan progestin secara perlahan-lahan ke dalam aliran darah.
Efek samping yang paling sering terjadi adalah periode menstruasi yang tidak teratur atau tidak terjadi menstruasi selama tahun pertama pemakaian. Setelah itu, periode menstruasi biasanya menjadi teratur. Selain itu dapat juga terjadi sakit kepala dan peningkatan berat badan.
KB implan dapat digunakan selama beberapa tahun. Namun, karena implan tidak larut di dalam tubuh, maka untuk mengambilnya perlu dilakukan sedikit sayatan pada kulit. Segera setelah implan dilepaskan, ovarium kembali ke fungsinya yang normal dan wanita menjadi subur kembali.
- Kontrasepsi Suntik
Progestin, atau yang disebut medroxyprogesteron asetat, disuntikkan setiap tiga bulan sekali. Progestin mengganggu siklus menstruasi. Sekitar sepertiga wanita yang menggunakan kontrasepsi jenis ini tidak mengalami menstruasi selama 3 bulan setelah suntikan pertama, dan sepertiga wanita lainnya mengalami perdarahan yang tidak teratur selama lebih dari 11 hari setiap bulannya.
Setelah pemakaian beberapa waktu, perdarahan yang tidak teratur semakin jarang terjadi. Setelah 2 tahun, sekitar 70% wanita tidak mengalami perdarahan sama sekali. Ketika suntikan dihentikan, siklus menstruasi kembali teratur dalam waktu 6 bulan pada sekitar setengah wanita yang memakainya. Kesuburan mungkin belum kembali hingga setahun setelah suntikan dihentikan.
Sumber : http://www.news.com.au
Efek samping yang sering terjadi adalah sedikit peningkatan berat badan, sakit kepala, periode menstruasi yang tidak teratur atau tidak ada, serta penurunan densitas tulang yang bersifat sementara. Tulang biasanya kembali densitasnya setelah suntikan dihentikan. Wanita yang menggunakan kontrasepsi suntik sebaiknya mengkonsumsi kalsium dan vitamin D tambahan untuk menjaga densitas tulang.
Medroxyprogesteron asetat tidak meningkatkan risiko terjadinya kanker, termasuk kanker payudara. Kontrasepsi ini dapat mengurangi risiko terjadinya kanker rahim (endometrium), penyakit radang panggul, dan anemia defisiensi besi. Jarang terjadi interaksi dengan obat lain.
- Kontrasepsi Darurat
Kontrasepsi darurat, yang disebut juga sebagai morning-after pill, mengandung hormon sintetik atau obat yang mempengaruhi hormon. Kontrasepsi darurat digunakan dalam waktu 72 jam setelah hubungan seksual tanpa pengaman atau dengan pengaman yang gagal, misalnya kondom yang robek.
Kontrasepsi darurat mengurangi kemungkinan terjadinya kehamilan setelah hubungan seksual tanpa pengaman, termasuk ketika hubungan seksual terjadi saat mendekati masa ovulasi, dimana mungkin sekali terjadi pembuahan. Semakin cepat kontrasepsi darurat digunakan, maka akan semakin efektif kerjanya.
Ada 2 pilihan kontrasepsi darurat :
- Levonorgestrel
Levonorgestrel atau progestin dalam dosis yang lebih rendah paling banyak digunakan sebagai kontrasepsi darurat. Biasanya, dosis pertama diminum dan diikuti dengan dosis kedua setelah 12 jam kemudian. Jika dosis pertama dikonsumsi dalam waktu 72 jam setelah hubungan seksual, maka kemungkinan terjadinya kehamilan berkurang sampai hampir 90%. Jika dosis pertama dikonsumsi dalam waktu 24 jam setelah hubungan seksual, maka peluang terjadinya kehamilan berkurang sampai sekitar 95%. Beberapa dokter merekomendasikan untuk mengkonsumsi kedua tablet levonorgestrel pada waktu yang bersamaan. Metode ini tampaknya cukup efektif. - Kontrasepsi oral kombinasi
Kontrasepsi darurat dapat menggunakan dua tablet kontrasepsi oral kombinasi. Dua tablet KB kombinasi diminum sekaligus dalam waktu 72 jam setelah hubungan seksual tanpa pengaman. Selanjutnya 2 tablet berikutnya dikonsumsi 12 jam kemudian. Pilihan ini agak kurang efektif dalam mencegah kehamilan dibandingkan levonorgestrel. Sebanyak 50% wanita mengalami mual, dan 20% mengalami muntah. Obat anti-muntah dapat digunakan untuk mencegah terjadinya efek samping ini.
Gejala
Diagnosa
Pengobatan
Referensi
- M, Daniel R. Contraception. Merck Manual Home Health Handbook. 2007.
http://www.merckmanuals.com/home/womens_health_issues/family_planning/
nice website thanks for sharing keep it up
ReplyDeletetop 3 bulk sms company in sonipat
nice blog
ReplyDeletetop 3 bulk sms company in sonipat